Presiden Joko Widodo memberikan penganugrahan gelar pahlawan nasional di Istana Negara, Jakarta, 5 November 2015. Lima tokoh diberi gelar pahlawan nasional yakni Bernard Wilhem Lapian (alm), Mas Iman (alm), Komjen Pol Moehammad Jasin (alm), I Gusti Ngurah Made Agung (alm) dan Ki Bagus Hadikusumo (alm). Tempo/ Aditia Noviansyah
TEMPO.CO, Jakarta - Hatief Hadikusumo, anak bungsu Pahlawan Nasional Ki Bagus Hadikusumo, mengatakan makam ayahnya sudah tidak ada lagi.
"Itu memang atas permintaan Bapak yang tidak mau dikultuskan, dan kami keluarga tidak masalah," kata Hatief setelah acara refleksi Hari Pahlawan di kantor PP Muhammadiyah, Selasa, 10 November 2015.
Hatief Hadikusumo adalah anak bungsu dari 13 bersaudara dari istri Ki Bagus yang ketiga bernama Siti Mardiah. "Saya sendiri tidak mengenal Ki Bagus secara khusus dan hanya mendengar dari cerita. Bapak meninggal ketika saya umur 1,5 tahun," katanya. Hatief sendiri sudah tinggal di Kemanggisan, Jakarta.
Hatief bercerita juga ketiadaan makam Ki Bagus Hadikusumo yang tidak mau dikultuskan membuat koleksi fotonya pun tidak banyak. "Karena memang beliau tidak mau difoto," katanya.
Mengenai makam, Hatief bercerita bahwa ayahnya sudah berpesan makamnya boleh digunakan orang lain. Saat itu, kata Hatief, ia masih kecil dan kakaknya memanggilnya untuk menunjukkan makam ayahnya.
"Saat itu ada tetangga saya meninggal, orang yang tidak mampu lalu dikubur di makam Bapak," ujar Hatief.
Hatief menganggap makam ayahnya tidak perlu diziarahi. "Kalau Islam boleh didoakan saja tetapi kalau mau ke makam juga bagus untuk mengingatkan kalau kita akan meninggal dunia juga," kata Hatief.
"Jadi kami gak ke makam wong sudah tidak ada makamnya. Tidak ngerti sebelah mana, karena atas permintaan Bapak begitu dan di Islam diperbolehkan," kata Hatief.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa Presiden Joko Widodo telah memberikan gelar pahlawan nasional kepada Ki Bagus Hadikusumo beserta empat tokoh lain dengan Keputusan Presiden 116/TK Tahun 2015.
Afnan Hadikusumo, cucu Ki Bagus, juga mengatakan makam kakeknya di Pemakaman Pakuncen, Wirobrajan, Yogyakarta, sudah tidak terlihat lagi. Ia mengatakan bahwa makan itu sudah diletakkan jenazah orang lain.