2 Peserta Diklat Pecinta Alam Tewas, Polisi Periksa Panitia
Editor
Kukuh S Wibowo Surabaya
Senin, 19 Oktober 2015 15:57 WIB
TEMPO.CO, Malang-Kepolisian Resor Malang masih menyelidiki ada-tidaknya pelanggaran pidana dalam kasus kematian dua mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel, Surabaya, pada Sabtu sore pekan lalu. Diduga mereka meninggal karena dehidrasi setelah mengikuti kegiatan pecinta alam.
Korban bernama Yudhi Akbar Rizky, 18 tahun, mahasiswa semester satu Fakultas Psikologi dan Kesehatan; serta Lutfi Rahmawati, 19 tahun, mahasiswa semester tiga Jurusan Matematika Fakultas Sains dan Teknologi. Yudi beralamat di Sukolilo Park Regency I/16, Surabaya, adapun Lutfi berdomisili di Jalan Barata Jaya VII/41, Surabaya.
Selain korban meninggal, dua mahasiswa sempat dirawat di Rumah Sakit Wava Husada, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, karena sakit. Keduanya adalah Nur Fadillah, 19 tahun, dan Musrifah, 18 tahun.
Keempat mahasiswa merupakan bagian dari 19 peserta Pendidikan dan Latihan Dasar XXIV Mahasiswa Pencinta Alam Sunan Ampel (Diklatsar XXIV Mapalsa) yang diadakan di Petak 9 Wana Wisata Sumuran dalam kawasan Resor Pemangku Hutan (RPH) Rejosari, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Malang. Secara administratif, tempat kejadian perkara ini masuk wilayah Dusun Bekur, Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak, Kabupaten Malang.
Kepala Kepolisian Sektor Pagak Ajun Komisaris Farid Fathoni mengatakan polisi sudah memeriksa lima orang panitia dan dua orang peserta sebagai saksi serta melakukan rekonstruksi di tempat kejadian perkara Minggu sore kemarin. Dua orang panitia yang diperiksa adalah Pramudya Nugraha Putra, Ketua Umum Mapalsa, serta ketua panitia M. Riza Umami.
Rekonstruksi menggambarkan beberapa adegan sebelum dan sampai korban ditemukan. Rekonstruksi dilakukan mulai area Tebing Merdeka, yang jadi lokasi awal korban mengaku lelah dan kesakitan, sampai pos induk.
Polisi, misalnya, mendapat keterangan korban Yudhi sempat disiram air saat menuju pos induk sehingga bajunya basah kuyup. Belum bisa dipastikan apakah siraman air ini mempengaruhi kesehatan Yudhi.
“Kami masih terus melakukan pendalaman, termasuk memeriksa berkas-berkas tes kesehatan peserta sebelum mengikuti kegiatan. Kami masih dalami apakah itu nantinya ada kelalaian sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia,” kata Farid, Senin, 19 Oktober 2015.
Pramudya menuturkan Wana Wisata RPH Rejosari dipilih sebagai lokasi Diklatsar Mapalsa setelah timnya melakukan orientasi medan sebulan lalu. Tiap minggu ada anggota Mapalsa yang mengecek kelayakan kondisi medan.
Wana Wisata RPH Rejosari dianggap memenuhi kebutuhan hampir seluruh divisi di Mapalsa, yakni Divisi Susur Gua, Divisi Konservasi, Divisi Navigasi, dan Divisi Mountaneering. Hanya kebutuhan Divisi Rafting saja yang tidak terpenuhi.
Diklatsar tersebut, kata dia, diikuti 19 orang dan 14 panitia. Seluruh peserta dibagi menjadi lima kelompok. Tiap kelompok mendapat jatah sebotol air kemasan 1,5 liter. “Kami sudah hitung kebutuhan air yang cukup bagi peserta agar mereka terhindar dari dehidrasi. Kami bagi airnya ke tiap kelompok sesuai dengan divisinya,” kata Pramuda.
Kegiatan tersebut dimulai Rabu, 14 Oktober, sampai Minggu kemarin. Kegiatan selalu dimulai pukul 04.30 WIB dan selesai sesuai dengan kebutuhan materi yang bisa selesai pada sore, malam, atau dinihari.
ABDI PURMONO