TEMPO Interaktif, Jakarta:Biasanya, persidangan kasus pelanggaran berat HAM di Timtim, memberikan nuansa yang formil dan tegang. Apalagi dengan hadirnya beberapa orang berseragam TNI yang duduk rapi dengan sikap tegak dan mimik yang serius. Seakan-akan mengikuti persidangan tanpa mengedipkan mata. Namun suasana itu menjadi cair dengan hadirnya Habibie menjadi saksi di persidangan tersebut, Kamis (20/3), di Pengadilan HAM Ad Hoc Jakarta Pusat. Habibie, yang menjadi saksi kali itu, dalam menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Majelis Hakim selalu menjawab dengan jawaban panjang yang bersemangat, dengan dialek khasnya yang sesekali meledak-ledak. Tak jarang, hakim selalu memotong jawabannya yang terlalu melebar dari pertanyaan yang diajukan. Tidak berselang lama setelah hakim mempersilakan ia untuk bersaksi, ia diperingatkan oleh Hakim Ketua Andi Samsan Nganro, SH untuk, duduk dengan posisi yang rapi. "Duduknya tolong yang sopan," ujar Andi. "Ma'af soalnya disini tidak ada meja," jawab Habibie. Pengunjung yang hadir tertawa dengan jawaban Habibie itu. Kemuidan, di tengah persidangan, Hakim Ketua Andi Samsan Nganro, sempat menskor sidang selama lima menit untuk menghormati suara adzan Dzuhur yang terdengar dari Masjid PN Jakarta Pusat. Dalam kesempatan itu, Habibie, meminta izin untuk ke pergi toilet. "Saya minta izin ke toilet sebentar. Tapi kalau tidak boleh nggak apa-apa, saya di sini saja," ujarnya polos. Kontan, perkataan Habibie itu kembali disambut tawa oleh hadirin. Jawaban-jawaban Habibie yang kelewat panjangpun, kadang menjadi suatu kesempatan bagi Habibie untuk memberikan nasihat-nasihatnya kepada semua pengunjung maupun untuk Majelis Hakim, sebelum akhirnya dipotong oleh Hakim. "Saya percaya bahwa Majelis Hakim disini melakukan tugasnya dengan penuh dedikasi, dan konsisten, dengan mengedepankan asas praduga tak bersalah, dan independen, tanpa khawatir tekanan-tekanan dari pihak manapun, ...selamat bertugas, selamat berjuang," ujarnya, yang disambut dengan tepuk tangan pengunjung. Indra Darmawan --- TNR