Warga Lumajang Penolak Tambang Pasir Diserang, Satu Tewas

Reporter

Editor

Anton Septian

Sabtu, 26 September 2015 17:46 WIB

Ilustrasi. outlookindia.com

TEMPO.CO, Lumajang - Dua warga Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, diduga menjadi korban penyerangan sekelompok orang, Sabtu pagi, 26 September 2015. Aksi kekerasan ini menimbulkan satu korban tewas dan satu orang kritis. Korban tewas adalah Salim, 52 tahun, warga Dusun Krajan II. Sedangkan korban yang kritis adalah Tosan, 51 tahun, warga Dusun Persil.

Menurut Kepala Kepolisian Sektor Pasirian Ajun Komisaris Eko Hari Suprapto, kedua korban dikenal sebagai tokoh masyarakat penolak penambangan pasir di desanya. Polisi, kata dia, masih menyelidiki kasus ini. “Olah tempat kejadian perkara sudah kami lakukan di dua lokasi yang berbeda itu,” kata Eko, Sabtu, 26 September 2015.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, kedua korban ditemukan di tempat terpisah, berjarak sekitar tiga kilometer satu sama lain. Keduanya mengalami luka akibat dihantam benda tumpul. Salim ditemukan tewas dalam keadaan kedua lengannya terikat dengan posisi tengkurap dan kepala menoleh ke sebelah kiri. Luka parah diderita di bagian kepala hingga darah keluar dari telinga, hidung, dan mulut.

Adapun Tosan ditemukan dalam kondisi terluka parah dan saat ini dirawat ICU Rumah Sakit Bhayangkara.

Sejumlah personel Satuan Resor Kriminal Kepolisian Resor Lumajang juga membantu olah TKP. Kapolsek Eko Hari mengatakan saksi yang bisa dimintai keterangan saat ini baru EA, anak Salim yang masih berusia 13 tahun. “Kami masih berupaya mengumpulkan saksi,” kata Eko. EA diyakini mengetahui pelaku kekerasan bersama-sama yang mengakibatkan bapaknya itu tewas. “Masih kami selidiki motif kekerasan ini,” ujar Eko. “Dari olah TKP, korban diduga dikeroyok ramai-ramai dalam arti pelakunya lebih dari lima orang.”

Penambangan itu diatur dalam Peraturan Desa. Dalam Peraturan Desa tersebut juga menerapkan pungutan terhadap armada truk pasir yang melintas di jalan desa.

Menurut Eko, keduanya terlibat dalam aksi menolak penambangan pasir di Desa Selok Awar-awar. Warga menggelar demonstrasi pada 9 September 2015. Aksi itu menuntut penghentian penambangan bahan galian C pasir. Aktivitas penambangan dinilai telah merusak lingkungan pesisir pantai. Sejak setahun terakhir ini, terjadi pengerukan besar-besaran di pesisir pantai hingga meninggalkan lubang-lubang berdiameter lima meter dengan kedalaman satu meter.

Protes warga juga dilakukan dengan cara menghentikan setiap truk pengangkut yang melintas. “Puluhan truk setiap hari membawa material pasir yang dikeruk di pesisir Pantai Watu Pecak untuk dijual ke luar daerah,” kata Anshori, salah satu warga setempat.

Eko mengatakan polisi tengah menginvestigasi aktivitas kedua korban terkait dengan penambangan pasir. “Masih kami selidiki soal itu,” kata Eko. Dia yakin kasus ini akan bisa terungkap. “Baru nanti akan kami jelaskan,” kata Eko.

DAVID PRIYASIDHARTA

Berita terkait

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

13 hari lalu

Sungai Meluap Akibat Lahar Dingin Gunung Semeru, 32 Keluarga di Lumajang Mengungsi

Lahar dingin dari Gunung Semeru meningkatkan debot air daerah Sungai Regoyo di Lumajang. Warga sekitar mengungsi mandiri.

Baca Selengkapnya

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

16 hari lalu

Letusan dan Awan Panas Gunung Semeru Terus Meningkat Sejak 2021, Ini Penjelasan Badan Geologi

Aktivitas vulkanik Gunung Semeru terus meningkat selama empat tahun terakhir. Badan Geologi menjelaskan sejumlah gejalanya.

Baca Selengkapnya

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

27 hari lalu

Korupsi Timah: Aturan Rujukan Penghitungan Kerugian Negara Rp 271 Triliun

Kasus dugaan korupsi di PT Timah, yang melibatkan 16 tersangka, diduga merugikan negara sampai Rp271 triliun. Terbesar akibat kerusakan lingkungan.

Baca Selengkapnya

Salip PKB dan PDIP, Partai Gerindra Raih Kursi Terbanyak di DPRD Kabupaten Lumajang

36 hari lalu

Salip PKB dan PDIP, Partai Gerindra Raih Kursi Terbanyak di DPRD Kabupaten Lumajang

Kursi Partai Gerindra di DPRD Kabupaten Lumajang dipastikan bertambah menjadi 11 dalam Pemilu 2024 ini. Sementara PKB dan PDIP tetap.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

44 hari lalu

Kilas Balik Hari Daur Ulang Sedunia

Hari Daur Ulang Sedunia ini juga meningkatkan kesadaran akan daur ulang sebagai sebuah ide dan konsep yang penting.

Baca Selengkapnya

Terkini Bisnis: Walhi Ingatkan Dampak Negatif Migrasi Penduduk ke IKN, Garuda Masuk InJourney Bulan Depan

55 hari lalu

Terkini Bisnis: Walhi Ingatkan Dampak Negatif Migrasi Penduduk ke IKN, Garuda Masuk InJourney Bulan Depan

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) mengingatkan potensi kerusakan lingkungan imbas migrasi penduduk ke Ibu Kota Nusantara (IKN).

Baca Selengkapnya

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

59 hari lalu

Konflik Buaya dan Manusia di Bangka Belitung Meningkat Akibat Ekspansi Tambang Timah

BKSDA Sumatera Selatan mencatat sebanyak 127 kasus konflik buaya dan manusia terjadi di Bangka Belitung dalam lima tahun terakhir.

Baca Selengkapnya

Peringatan, Erupsi Gunung Semeru dan Marapi Siaga III

2 Maret 2024

Peringatan, Erupsi Gunung Semeru dan Marapi Siaga III

MAGMA Indonesia memperingatkan adanya Erupsi Gunung Semeru dan Marapi. Masyarakat diimbau tidak beraktivitas pada radius 5 kilometer.

Baca Selengkapnya

Prabowo-Gibran Menang, Walhi: Perlu Oposisi Kuat Demi Kebijakan Pro-Lingkungan

17 Februari 2024

Prabowo-Gibran Menang, Walhi: Perlu Oposisi Kuat Demi Kebijakan Pro-Lingkungan

Organisasi masyarakat sipil khawatir Prabowo-Gibran melanjutkan program Jokowi yang dinilai merusak lingkungan hidup.

Baca Selengkapnya

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

29 Januari 2024

Walhi Beberkan Kerusakan Lingkungan Akibat Hilirisasi Nikel di Maluku Utara: Air Sungai Terkontaminasi hingga..

Walhi mengungkapkan kerusakan lingkungan yang diakibatkan hilirisasi industri nikel di Maluku Utara.

Baca Selengkapnya