Banyuwangi dan Bondowoso 'Bersaing' di Gunung Ijen
Editor
Zacharias wuragil brasta k
Kamis, 20 Agustus 2015 15:05 WIB
TEMPO.CO, Banyuwangi - Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan Bondowoso, Jawa Timur, kembali menggelar acara dengan mengangkat Gunung Ijen sebagai ikon pada waktu yang bersamaan. Setelah berimpitan ketika menggelar pertunjukan musik jazz pada tahun lalu, kali ini event Jazz Ijen Banyuwangi akan disamakan dengan agenda lomba lari Bondowoso.
Kedua mata acara itu akan digelar pada hari yang sama yakni Sabtu 22 Agustus 2015. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi akan menggelar Jazz Ijen di lereng Gunung Ijen, tepatnya di area perkebunan Tamansari, Desa Jambu, Kecamatan Licin. Sedang, Pemerintah Kabupaten Bondowoso menggelar lomba lari trail (trail run) tingkat Internasional.
Jazz Ijen bakal menghadirkan sejumlah musisi terkemuka, seperti Andre Hehanusa dan Kerispatih. Acara yang dihelat pukul 15.00-20.00 itu juga diramaikan oleh penampilan sejumlah kelompok musik lokal seperti LaL are Orkestra.
Di sisi lain, sudah terdaftar 500 peserta lomba lari trail (trail run) tingkat Internasional. Mereka berasal dari Indonesia ataupun dari luar negeri seperti Serbia, Ukraina, Inggris, Jerman, Selandia Baru, Perancis, Polandia, Malaysia, Belgia serta Etiopia.
Banyuwangi dan Bondowoso yang bertetangga itu memang masih memperebutkan kepemilikan atas gunung setinggi 2.368 meter di atas muka laut tersebut. Sengketa tapal batas yang muncul sejak 2006 tak kunjung mencapai titik temu dan kini masih dimediasi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Namun, Pelaksana tugas Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda, mengatakan, tanggal pelaksanaan event yang sama bukan bagian untuk mengklaim kepemilikan Gunung Ijen. Alasannya, Pemerintah Banyuwangi sudah menetapkan hari pelaksanaan sejak setahun lalu. "Kami tidak tahu Bondowoso membuat event apa,” kata dia, Kamis 20 Agustus.
Bramuda menambahkan, saling klaim kepemilikan Gunung Ijen tidak penting bagi daerahnya. Asalkan, masyarakat di sekitar lereng gunung bisa menikmati manfaat dari setiap event yang digelar. Apalagi Banyuwangi dan Bondowoso memiliki jalan akses yang sama menuju gunung penghasil belerang itu. “Gunung Ijen itu punya Indonesia,” kata dia.
Kepala Bagian Pemerintahan Banyuwangi, Anacleto Da Silva, mengatakan, penyelesaian sengketa kepemilikan Gunung Ijen saat ini belum jelas. Pemerintah Banyuwangi masih menunggu Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk lanjutan mediasi penyelesaian bersama Pemerintah Bondowoso.
Kedua pemerintah kabupaten itu telah mengadu dokumen dan peta. Banyuwangi mengajukan enam peta era kolonial Belanda yang memasukkan Ijen secara keseluruhan sebagai bagian daerahnya. Peta tersebut yakni Besoeki Afdeling 1895, Idjen Hooglan 1920, Java Madura 1942, Java Resn Besoeki 1924, Java Resn Besoeki 1924 Blad XCIII C, dan Java Resn Besoeki 1925.
Sementara Bondowoso berpegang pada peta yang diterbitkan Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) tahun 2000. Dalam peta tersebut, kawah Gunung Ijen seluas 1.160 x 1.160 meter dari permukaan laut dibagi dua, masing-masing menjadi milik Banyuwangi dan Bondowoso.
IKA NINGTYAS