Terduga jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Syamsuddin Uba (kiri) menjalani pemeriksaan di Polda NTT, Kupang, 2 Agustus 2015. Polda NTT menahan tiga orang yang diduga terlibat organisasi bersenjata ISIS termasuk Syamsuddin Uba, yang berkedok menjadi tabib. ANTARA/Kornelis Kaha
TEMPO.CO, Jakarta - Nama Masjid Al-Fataa yang terletak bersebelahan dengan satu gedung milik Kementerian Pertahanan di Menteng, Jakarta Pusat, menjadi sorotan media Australia, The Sydney Morning Herald, awal Agustus lalu. Masjid ini diberitakan menjadi tempat berkumpulnya orang-orang pendukung kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Di masjid ini juga dilakukan pembaiatan terhadap pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi.
Tempo menemui imam Masjid Al-Fataa, Ustad Ghuffron, pada Kamis, 13 Agustus 2015. Ghuffron tidak menampik kabar bahwa terjadi baiat anggota ISIS di masjid itu seperti berita The Sydney Morning Herald pada 8 Agustus.
Namun, menurut Ghuffron, peristiwa itu sudah lama terjadi. Namun ia mengaku tidak tahu persis kapan terjadinya. “Saya memang pernah dengar itu dulu, tapi saya juga tidak tahu banyak,” ujar Ghuffron.
Ia juga berkukuh tak tahu-menahu tentang rekrutmen ISIS di Masjid Al-Fataa. Sebagai pengurus masjid, Ghuffron mengaku tak memiliki kewenangan memaksa apa saja yang boleh dilakukan di masjid. “Jadi begini, ada banyak kegiatan pengajian dan dakwah di masjid ini. Mereka juga sering mendatangkan banyak pembicara yang kadang sifatnya keras," ujarnya.
Salah satu pengisi pengajian yang dimaksud Ghuffron adalah Fauzan al-Anshori. Dalam laporan media Australia itu Fauzan ditengarai sebagai dalang rekrutmen anggota ISIS di Masjid Al Fataa. Sebelumnya ia dikenal sebagai aktivis gerakan Islam yang punya simpati terhadap kekhalifahan ISIS yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi.
Meski demikian, Syamsuddin Uba sebagai pihak yang mengundang Fauzan memberi materi di jemaah di Masjid Al-Fataa membantah kabar itu. Lewat pesan singkat kepada Tempo, ia mengatakan kabar tersebut cuma fitnah orang-orang yang ingin menjatuhkan nama Khilafah Islamiyah tempat ia berdakwah. “Tidak ada rekrutmen anggota ISIS. Kami mengadakan kajian, ada peserta pengajian yang minta baiat ke Khilafah Islamiyah,” kata Syamsuddin.
Syamsuddin menjelaskan kaitan pengajiannya di Al-Fataa terkait ISIS sudah tidak ada lagi. Ia mengaku hubungan Al-Fataa dengan ISIS cuma terjadi pada 16 Maret 2014. Saat itu sekitar 500 orang melakukan long march menuju Bundaran HI untuk mendeklarasikan dukungan kepada ISIS. “Massa saat itu langsung bubar, tidak ada struktur maupun organisasi setelah itu.”
Pria yang pekan lalu diinterogasi oleh Densus 88 dan Kepolisian NTT ini meminta media dan wartawan bersikap lebih bijak terkait pemberitaan yang menuduh mereka terlibat dengan ISIS. Bahkan ia menuntut balik mereka yang menuduh untuk membuktikan keberadaan ISIS di Indonesia, siapa ketua hingga anggotanya.