Profil Haedar Nashir, Ketua Umum Muhammadiyah yang Baru
Editor
Nurdin Saleh TNR
Jumat, 7 Agustus 2015 13:21 WIB
Ada yang menarik dari muktamar kali ini. Sebab di saat bersamaan, istri Haedar, Siti Noordjannah Djohantini, juga menambah masa jabatan di PP Aisyiyah sebagai ketua umum. Keduanya pun mengikuti jejak pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah, sekitar satu abad lalu di masa pendirian Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai organisasi Islam didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Yogyakarta, pada 1912. Dua tahun berselang, istri Dahlan, Hajjah Siti Walidah, mendirikan Sopo Tresno, kelompok yang berfokus pada pembahasan isu-isu perempuan. Walidah yang akrab disapa Nyai Dahlan kemudian mengubah nama kelompok itu menjadi Aisyiyah, yang terinspirasi dari nama istri Nabi Muhammad, Aisyah. Belakangan Aisyiyah menjadi bagian Muhammadiyah dengan menjadi organisasi otonom untuk perempuan.
Dahlan diketahui memimpin Muhammadiyah hingga akhir hayatnya di tahun 1923. Adapun Nyai, selain memimpin Aisyiyah, juga aktif di Muhammadiyah selepas peninggalan suaminya. Ia sebagai perempuan pertama yang memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya, 1926.
Setelah generasi Dahlan dan Nyai, bergantian tokoh memimpin Muhammadiyah dan Aisyiyah. Selama puluhan tahun berselang, belum pernah ada pasangan suami-istri yang mengikuti jejak mereka, memimpin kedua organisasi dalam waktu bersamaan. Peluang itu terbuka pada Muktamar ke-47 di Makassar, yang juga bertepatan dengan peringatan satu abad Muhammadiyah dan Aisyiyah.
AAN PRANATA
VIDEO TERKAIT:
Haedar Nashir Terpilih Jadi Ketua PP Muhammadyah
Ketua Umum PP Muhammadyah: Koruptor Merusak Kehidupan