Petani berjalan diantara sawah dan kincir air di Sungai Citanduy, Kampung Sukasirna, Tasimalaya, Jawa Barat, 12 Juli 2015. Kincir air yang dibuat hasil swadaya para petani ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan pengairan sawah saat musim kemarau. TEMPO/Aditya Herlambang Putra
TEMPO.CO, Subang - Sejumlah petani di Kabupaten Subang membakar tanaman padi yang hampir memasuki masa panen. Aksi ini dilakukan karena sawah mereka dilanda kekeringan dan serangan hama wereng.
Kalsum, warga Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, mengatakan, sebelum membakar sawah, mereka berupaya menyelamatkan tanaman padi. "Kami telah membuat sumur pantek, tapi tetap tak berhasil," kata Kalsum, Jumat, 31 Juli 2015.
Setelah sumber air habis, tanaman padinya yang berusia 90 hari itu diserang wereng cokelat. Bulir padinya menjadi kosong.
Dede, petani lain di Desa Bendungan, Kecamatan Pagaden Barat, menuturkan tanaman padi yang berusia 60 hari langsung ditebas. "Kami jadikan makanan ternak saja," ujar Dede dengan nada kesal. Hasil panennya pun menyusut dari 5 ton per hektare menjadi 5 kuintal saja.
Kepala Bidang Sumber Daya Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hendrawan mengatakan sebagian petani di daerahnya mengalami gagal panen. Luas sawah yang dinyatakan puso tercatat 1.500 hektare.
Adapun area sawah yang terancam puso tapi sedang diselamatkan lewat pompanisasi tercatat 2.450 hektare.
Lokasi lahan itu tersebar di Kecamatan Pagaden Barat, Pagaden, Cipunagara, Kalijati, Pabuaran, dan Tambakan. Lahan sawah yang belum bisa diolah gara-gara tak terairi irigasi seluas 3.000 hektare dan tersebar di Kecamatan Pusakanagara, Pusakajaya, Legon Kulon, serta Pamanukan.