FEATURE: Islam Nusantara di Tengah Kita

Reporter

Editor

Anton Septian

Rabu, 22 Juli 2015 14:24 WIB

Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berbincang dengan Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin (kiri) dengan didampingi Ketua PBNU Said Aqil Siradj (kedua kanan), ketua GP Ansor Nusron Wahid (kanan) dalam Istighosah Nahdlatul Ulama (NU) di Masjid Istiqlal, Jakarta, 14 Juni 2015. ANTARA FOTO

Oleh: Mahardika Satria Hadi
mahardika@tempo.co.id


TEMPO.CO - Satu bulan terakhir komunitas muslim di Indonesia ramai membicarakan Islam Nusantara. Keriuhan tersebut muncul setelah Presiden Joko Widodo menyebutkan bahwa paham Islam Nusantara berperan dalam menekan angka konflik antar-umat beragama di Tanah Air. Jokowi mengutarakan hal itu ketika membuka istigosah akbar dan Musyawarah Nasional Alim Ulama‎ di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, 14 Juni lalu.

Jokowi menilai Islam Nusantara merupakan ajaran Islam yang membuat para penganutnya mempunyai sikap toleran. Kondisi ini, menurut Jokowi, tidak dijumpai di negara-negara Timur. Meski didominasi kaum muslim, namun negara-negara di kawasan tersebut kerap dilanda konflik.

‎"Hampir semua perwakilan negara sahabat selalu bertanya pada saya. Kok bisa penduduk banyak dan beda agama tapi bisa rukun," ‎kata Jokowi ketika itu di hadapan sekitar 40.000 jemaah Nahdlatul Ulama.

Bagi kaum nahdliyin, Islam Nusantara bukan sesuatu yang baru. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siraj mengatakan Islam Nusantara pada dasarnya adalah Islam yang tidak memberangus budaya dan tradisi asalkan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. "Islam Nusantara itu ya Islam-nya Nahdlatul Ulama, yang membudaya dan mewarnai keseharian kehidupan masyarakat," ujarnya, dua pekan lalu.

Said mengatakan pihaknya menggaungkan istilah Islam Nusantara menjelang penyelenggaraan Muktamar NU ke-33 pada 1-5 Agustus 2015 di Jombang, Jawa Timur. Muktamar mengusung tema utama "Memperkokoh Islam Nusantara sebagai perabadan Indonesia". Para muktamirin, kata Said, juga akan membahas tentang hukum mengebom kapal asing yang mencuri ikan, seorang pejabat yang tidak memenuhi janji kampanye, serta menyoroti undang-undang yang dianggap tidak pro rakyat.

Selanjutnya >> Pentingnya Islam Nusantara...

<!--more-->

Menurut Said, paham Islam Nusantara berperan penting untuk menangkal gerakan wahabi dan "Arabisasi". Apalagi, menurut dia, kini mulai bermunculan sejumlah kelompok Islam radikal yang ingin mentransfer konflik di Timur Tengah ke Indonesia. "Mereka ingin menjadikan Islam sebagai konstitusi negara," kata dia. "Mereka tidak peduli Indonesia pecah, perang saudara, konflik, yang penting Islam."

Said tidak bersedia menyebutkan organisasi massa Islam yang dia maksud. Namun, menurut aktivis muda NU, Akhmad Sahal, NU sengaja mengangkat Islam Nusantara sebagai respons terhadap gerakan transnasional Islam, seperti Hizbut Tahrir Indonesia. Islam Nusantara bakal berhadapan dengan gerakan khilafah dan salafi. "Untuk melawan HTI yang antikebangsaan dan salafisme yang ingin menjadikan Arab sebagai model," kata Sahal, dua pekan lalu.

Bagi Hizbut Tahrir Indonesia, paham Islam Nusantara ala NU berpotensi menabrak konsep universalitas Islam. "Kami menegaskan bahwa Islam itu satu. Tidak ada Islam Indonesia, Islam Arab, Islam Eropa, atau manapun," kata juru bicara HTI, Ismail Yusanto. Ismail menganalogikan sikap NU yang mengusung Islam Nusantara seperti hendak menampilkan genre baru dalam dunia musik.

Akhmad Sahal menampik tudingan itu. Menurut dia, Islam Nusantara tetap mencirikan semangat ahlus sunnah wal jama'ah—golongan dengan komitmen mengikuti sunah Nabi Muhammad—yang sejak awal menjadi pondasi Nahdlatul Ulama. Namun dia menyayangkan absennya satu rumusan baku dari NU mengenai Islam Nusantara dari tinjauan falsafah hukum Islam.

Celah ini yang kemudian memicu kontroversi di kalangan komunitas muslim. "Akibatnya, bagi sebagian orang, Islam Nusantara diartikan sebagai menghambakan Islam kepada kejawen atau Jawa," ujarnya.

MAHARDIKA SATRIA HADI | FAIZ NASHRILLAH

Selanjutnya >>
Paham Lama Kemasan Baru

<!--more-->

Paham Lama Kemasan Baru

Islam Nusantara sebenarnya bukan paham baru. Cendekiawan muslim Azyumardi Azra mengatakan substansi Islam Nusantara versi Nahdlatul Ulama telah dikenal di dunia akademis pasca-Perang Dunia II. "Istilah lainnya disebut Malay-Indonesian Islam atau Southeast Asian Islam," kata dia melalui surat elektronik, kemarin.

Azyumardi menuturkan, istilah Islam Nusantara semula mengacu untuk seluruh wilayah Islam di Asia Tenggara. Namun, setelah Perang Dunia II, posisi Islam dalam negara-negara Asia Tenggara berubah. Di Malaysia, kata dia, Islam menjadi agama resmi negara sehingga terkooptasi sepenuhnya oleh negara. Sedangkan di Indonesia, Islam bukan agama negara, sehingga Islam Nusantara bisa menjadi paham moderat yang inklusif, akomodatif, dan toleran.

"Sebenarnya lebih tepat menyebut Islam Indonesia daripada Islam Nusantara,” kata Azyumardi. “Kecuali 'Nusantara' itu hanya mengacu pada Indonesia, tidak mencakup Islam Malaysia dan lainnya.”

Dengan pendekatan yang moderat, Azyumardi menilai Nahdlatul Ulama dapat menggunakan Islam Nusantara untuk menghadapi paham dan gerakan Islam radikal transnasional. Menurut dia, Nahdlatul Ulama dan sejumlah organisasi massa Islam arus utama lain memang khawatir terhadap ekspansi paham dan gerakan Islam radikal transnasional puritan, seperti Salafi dan Wahabi. "Mereka berusaha menangkalnya melalui penegasan watak Islam Indonesia yang wasathiyah (moderat)," ujar dia.

Muhammadiyah juga melakukan hal serupa. Sementara Nahdlatul Ulama memakai Islam Nusantara, Muhammadiyah memilih konsep "Islam berkemajuan". Meskipun berbeda istilah, Azyumardi mengatakan keduanya mengandung lebih banyak kesamaan sehingga bersifat saling melengkapi.

Azyumardi menganggap Islam Nusantara ataupun Islam berkemajuan dapat menangkal gejala "Arabisasi" dan penyebaran paham Wahabi yang telah meningkat sejak awal 1980-an. "Tetapi tidak banyak umat Islam Indonesia yang tertarik pada salafisme dan wahabiyah karena puritanisme mereka terlalu kering dan primitif," ujar dia.

MAHARDIKA

Berita terkait

Makna Isra Miraj 1445 Hijriah dan Rekomendasi 30 Link Twibbon

8 Februari 2024

Makna Isra Miraj 1445 Hijriah dan Rekomendasi 30 Link Twibbon

Untuk memeriahkan Isra Miraj petang ini, berikut link twibbon untuk media sosial anda.

Baca Selengkapnya

Alasan PKS Tak Hadir Saat Kunjungan Kiai Said Aqil Siradj di NasDem Tower

10 Januari 2024

Alasan PKS Tak Hadir Saat Kunjungan Kiai Said Aqil Siradj di NasDem Tower

"Enggak ada apa-apa, mungkin lagi pada di luar atau apa gitu kebetulan aja," kata Sekjen PKS.

Baca Selengkapnya

Mengapa PKS Absen dalam Pertemuan dengan Said Aqil di Nasdem Tower?

10 Januari 2024

Mengapa PKS Absen dalam Pertemuan dengan Said Aqil di Nasdem Tower?

Kedatangan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj di Nasdem Tower disambut elite Nasdem dan PKB. Menaruh simpati ke pasangan AMIN.

Baca Selengkapnya

Soal Dukungan kepada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Said Aqil Anggap Dirinya Semut

9 Januari 2024

Soal Dukungan kepada Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, Said Aqil Anggap Dirinya Semut

Said Aqil Siradj menganggap dirinya sebagai semut dalam perjuangan memenangkan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

Baca Selengkapnya

Eks Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, Bertandang ke Kantor Nasdem

9 Januari 2024

Eks Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, Bertandang ke Kantor Nasdem

Eks Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj bertemu dengan elit NasDem dan PKB.

Baca Selengkapnya

Said Aqil Doakan Mahfud Md Jadi Wakil Presiden 2024

3 Desember 2023

Said Aqil Doakan Mahfud Md Jadi Wakil Presiden 2024

Mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj mendoakan Mahfud Md bisa menjadi wakil presiden di 2024. Said menyebut Mahfud adalah sahabatnya di Madura.

Baca Selengkapnya

Soal Peluang Said Aqil Siradj Jadi Ketua Tim Pemenangan Anies-Cak Imin, NasDem: Kita Lihat Nanti

23 Oktober 2023

Soal Peluang Said Aqil Siradj Jadi Ketua Tim Pemenangan Anies-Cak Imin, NasDem: Kita Lihat Nanti

Ketua DPP Partai NasDem Willy Aditya menanggapi soal peluang mantan Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj jadi tim pemenangan Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya

Sekretaris LPOI Bantah Said Aqil Siradj Jadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Pilpres 2024

28 September 2023

Sekretaris LPOI Bantah Said Aqil Siradj Jadi Ketua Tim Pemenangan Nasional Pilpres 2024

Menurut Imam, sosok Said Aqil Siradj adalah pemimpin bangsa. Said Aqil, kata Imam, bukan kelas kapten pemenangan.

Baca Selengkapnya

Peter F Gontha Bongkar Alasan Surya Paloh Pilih Muhaimin Iskandar jadi pendamping Anies Baswedan

7 September 2023

Peter F Gontha Bongkar Alasan Surya Paloh Pilih Muhaimin Iskandar jadi pendamping Anies Baswedan

Surya Paloh sudah lama melihat potensi kelompok nasionalis tradisional religius yang direpresentasi kaum santri dari lingkungan NU.

Baca Selengkapnya

Manuver Merebut Suara NU

2 September 2023

Manuver Merebut Suara NU

Dipilihnya Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar disebut-sebut untuk mengerek elektabilitas mereka dengan mendulang suara NU.

Baca Selengkapnya