Raja dangdut, Rhoma Irama bersama pengurus memperagakan lambang partai, dalam peresmian Partai Idaman (Islam Damai Aman) di kawasan Mampang Prapatan, Jakarta, 11 Juli 2015. Partai Idaman merupakan partai nasionalis dengan slogan menampilkan citra Islam yang rahmatan lil 'alamin. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Surabaya - Penggemar fanatik musikus dangdut Rhoma Irama di Jawa Timur mengaku siap menghimpun dana untuk membiayai operasional Partai Islam Damai Aman (Idaman) yang didirikan penyanyi berjuluk Raja Dangdut itu pada Sabtu pekan lalu.
Ketua Fans of Rhoma and Soneta (Forsa) Kabupaten Gresik Ariel Kurniawan mengatakan secara sukarela anggota Forsa di tiap kabupaten/kota bakal menyewa gedung untuk kantor cabang partai baru tersebut. “Kami akan buktikan hinaan dan cemoohan para pengamat dan politikus kepada Partai Idaman, khususnya pada Bang Haji Rhoma,” kata dia, Rabu, 15 Juli 2015.
Menurut Ariel, berdirinya sebuah partai yang dipimpin Rhoma telah lama dinanti-nantikan penggemar. Ariel mengaku masih kecewa dengan Partai Kebangkitan Bangsa yang batal mengusung Rhoma sebagai calon presiden pada pemilihan umum tahun lalu. “Bang Rhoma sudah kami anggap sebagai kiai. Dia idaman kami semua,” ujar Ariel.
Ketua Persatuan Artis Melayu Dangdut Indonesia (PAMMI) Jawa Timur Puri Rahayu mengatakan pemerhati dan musikus dangdut umumnya mendukung langkah politik Rhoma. Namun dukungan itu, kata dia, disuarakan atas nama pribadi, bukan organisasi.
“Kalau secara organisasi, PAMMI itu wadah semua artis. Kami independen. Kami tak mengeluarkan instruksi khusus agar artis PAMMI mendukung Partai Idaman,” tutur Puri.
Namun bila ada anggota PAMMI Jawa Timur yang berkeinginan masuk sebagai pengurus Partai Idaman, Puri mempersilakan asal melepas baju organisasi. Sebab sejauh ini, ujar Puri, artis PAMMI tidak pilih-pilih partai dalam menghibur. “Kami artis profesional. Soal pilihan politik kami menganut azas bebas dan rahasia,” kata Puri.
Dosen Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya Haryadi melihat Partai Idaman sulit berkembang menjadi kekuatan politik yang besar. Alasannya, berdasarkan yang ia amati, partai-partai berbasis agama cenderung pelan-pelan mulai ditinggalkan pemilih.
Haryadi tak memungkiri Rhoma memiliki penggemar fanatik yang tidak sedikit dalam kapasitasnya sebagai seniman. Namun ia ragu apakah para penggemar tersebut otomatis mendukung Rhoma sebagai Ketua Partai Idaman. “Karena dunia musik dangdut dan dunia politik itu dua hal yang berbeda,” kata Haryadi.