Rhoma Irama Bentuk Partai Idaman, Haus Kekuasaan?
Editor
Bobby Chandra
Sabtu, 11 Juli 2015 14:39 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Syamsuddin Haris mengatakan langkah Rhoma Irama mendirikan Partai Idaman merupakan hak politiknya sebagai warga negara. Namun ia berharap Rhoma tidak mencampuradukkan kekuasaan dalam bermusik dan berpolitik. (Baca: Rhoma Irama dan Partai Idaman, Begini Peluangnya di Pemilu)
Menurut Syamsuddin, karakter sokongan para pendukung dalam politik terjadi sangat cepat. "Para pendukung yang menyokong Rhoma sebagai penyanyi akan berbeda dengan yang mendukung mereka terhadap Rhoma Irama sebagai politikus," kata Syamsuddin kepada Tempo, Sabtu, 11 Juli 2015. "Tujuannya semata-mata untuk kekuasaan?" (Baca pula: Rhoma Irama dan Partai Idaman, Pelampiasan Rasa Kecewa?)
Berita Angeline Dibunuh
Begini Sandiwara Margriet yang Bikin Tetangga Geram
Kasus Angeline: Pengakuan Pria Sydney Pojokkan Putri Margriet
Luthfi Zubaid, Sekretaris Jenderal Fahmi Tamami, mengapresiasi langkah ksatria bergitar ini. Sebabnya, tutur dia, ada masalah-masalah yang tak bisa diselesaikan hanya lewat dakwah dan lagu. "Kami ormas dan para fan tentu sangat mendukung," ujarnya. Fahmi Tamami adalah organisasi masyarakat Islam bentukan Rhoma. (Baca: Tidak Kapok Berpolitik, Rhoma Dirikan Partai Idaman)
Langkah Rhoma yang mendirikan Partai Idaman semakin menegaskan bahwa ia tak kapok menjajal peruntungan di dunia politik. Jumat, 10 Juli 2015, ia mendirikan Partai Idaman. Sebelumnya, si Raja dangdut berkali-kali gagal menjadi calon presiden. Rhoma sejak 1977 adalah politikus Partai Persatuan Pembangunan.
Kiprah Rhoma selama di PPP mampu menyedot pendukung lewat atraksi dakwah dan pidato politik. Namun pada 1997 Rhoma aktif berpindah hati dan menjadi juru kampanye Partai Golkar. Banyak pendukung Rhoma di PPP yang kecewa. Namun, pada Pemilu 2009, Rhoma kembali lompat balik ke PPP. (Baca pula: Rhoma Irama Bikin Partai Idaman, Pengamat: Mungkin Ada yang Tergila-gila)
Pendiri orkes Melayu Soneta Group itu kemudian digadang-gadang oleh petinggi PPP akan diusung menjadi calon presiden oleh partai berlambang Kabah. Namun pencalonannya gagal karena PPP menilai elektabilitas Rhoma kalah dibandingkan dengan Suryadharma Ali, yang juga eks Menteri Agama era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Manuver Rhoma terus berlanjut lima tahun kemudian. Menjelang Pemilu 2014, Rhoma mendeklarasikan diri untuk mendukung Partai Kebangkitan Bangsa. Sayangnya dukungan tersebut bertepuk sebelah tangan. Ia kecewa karena tak menjadi bakal calon presiden dari PKB yang berkoalisi dengan PDI Perjuangan.
Rencananya, Sabtu, 11 Juli 2015, menurut Luthfi, Rhoma Irama akan menandatangani akte notaris sekaligus mendeklarasikan partainya untuk perkenalan kepada khalayak umum. Setelah itu, Rhoma Irama dan timnya akan menyiapkan berkas untuk diajukan kepada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (Simak: Raup Rp 300 Juta, Rhoma Irama Penerima Royalti Terbesar)
Untuk biaya pendaftaran ke Kementerian Hukum, menurut Luthfi, sudah dikumpulkan dari ormas dan para fan. Luthfi mengklaim Rhoma, sebagai seniman yang melegenda, memiliki basis kuat di masyarakat. Keluarganya pun secara otomatis akan bergabung. Namun hingga kini belum jelas berapa persis pendukung resmi Rhoma.
PUTRI ADITYOWATI | URSULA FLORENE
Berita Terpopuler
Ngelencer, Ahok Damprat Wali Kota Jakarta Barat
Gugatan Ical Kandas di PTTUN, Agung Kembali Kuasai Golkar
Ini Akik Jenis Baru dari Fosil Kerang