TEMPO Interaktif, Solo:Pengusaha transportasi yang melayani rute jarak jauh seperti bus malam antar kota antar provinsi (AKAP) memilih tidak mengoperasionalkan sebagian besar armadanya akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Hampir 80 persen armada bus AKAP disimpan di garasi menyusul menurunnya pendapatan mereka. "Dari 22 armada yang ada, hanya empat bus yang dioperasikan,"ujar Edi Purwanto dari PO Sumba Putera. Kenaikan BBM yang rata-rata mencapai 100 persenmeningkatkan biaya operasional hingga dua kali lipat.Padahal pendapatan mereka justru anjlok karena jumlahpenumpang menurun drastis. Ketua Paguyuban Pengusaha Bus Wonogiri, Edi Puwanto menyatakan, kursi bus dengan trayek Wonogiri-Solo-Jakarta juga tidak pernah penuh."Memang jumlah penumpang pada bulan puasa menurun, tetapi kali ini penurunannya sangat drastis,"katanya.PO Tunggal Dara yang memiliki 55 armada bus jurusanSolo-Jakarta juga hanya mengoperasikan sebagian kecilarmadanya. Menurut Direktur PO Tunggal Dara, Mulyadi,saat ini hampir tidak ada penumpang bus dari Solomenuju Jakarta atau sebaliknya. Meski tarif angkutansudah dinaikan, tetapi itu juga tidak mampu menutupbiaya operasional. "Tidak mungkin pendapatan yang kamiperoleh menutup biaya operasionalnya,"ujarnya.Kalangan pengusaha jasa transportasi ini juga tidakbanyak berharap dengan arus penumpang mudik pada musimlebaran tahun ini. Meski dipastikan akan terjadikenaikan jumlah penumpang dibandingkan denganhari-hari biasa, namun jumlahnya tidak sesuai denganyang mereka harapkan. "Biasanya pertengahan puasabegini ini sudah ada calon pemudik yang melakukanpesanan carteran, tapi sampai sekarang belum ada,"kata Mulyadi.Imron Rosyid