TEMPO.CO, Serang - Populasi badak Jawa di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Kabupaten Pandeglang, Banten, terancam punah. Berdasarkan hasil monitoring Balai Taman Nasional Ujung Kulon dalam satu tahun terakhir ini menunjukkan populasi hewan langka itu jumlahnya semakin berkurang. Dari 60 ekor tahun 2013, pada 2014 hanya tinggal 57 ekor, empat di antaranya mati.
Kepala Balai TNUK Banten Mochamad Haryono mengatakan, monitoring yang dilakukan TNUK dengan menggunakan seratus video kamera jebak yang dimulai sejak Januari hingga Desember 2014, total populasi badak Jawa diperkirakan tinggal 57 ekor yang terdiri dari 31 jantan dan 26 betina.
“Dari tahun 2011-2013 jumlahnya ada 60 ekor, lalu 2014 terekam hanya satu individu baru. Ini komposisi tidak ideal, seharusnya satu jantan empat betina. Ini yang menyebabkan proses perkembangbiakannya jadi lamban,” ujar Haryono saat Ekpose Hasil Monitoring Populasi Badak Jawa Tahun 2014, di Pendopo Gubernur Banten, Selasa, 7 Juli 2015.
Menurut Haryono, pemerintah perlu membuat habitat lain di luar TNUK. Hal ini pun dianggap perlu untuk menghindari ancaman kepunahan badak yang disebabkan bencana alam seperti tsunami dan gunung meletus, atau akibat wabah penyakit. “Tetapi juga tidak mudah untuk membuat habitat baru badak, karena untuk melihatnya saja susah apalagi untuk menangkap dan memindahkannya,” katanya.
Ia menjelaskan untuk membedakan antar individu badak, pihaknya menggunakan proses identifikasi dengan menggunakan parameter morfologi badak Jawa yakni, ukuran bentuk dan posisi cula, kerut kulit di sekitar mata, kerut wajah, lipatan leher, cacat, luka, warna kulit, serta posisi dan bentuk telinga.
"Hasilnya perbedaan jumlah individu jantan dengan jumlah individu betina badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon adalah 1 berbanding 0,84. Ini menunjukkan bahwa populasi badak Jawa masih mengalami perkembangbiakan secara alami walaupun sangat lambat,” katanya.
Menurut Haryono, informasi mengenai demografi badak Jawa merupakan parameter yang sangat penting dalam upaya melestarikan satwa langka tersebut. Menurutnya, badak Jawa mempunyai sifat soliter dengan indera penciuman yang sangat tajam sehingga sulit dijumpai secara langsung di lapangan. "Ini juga yang menjadi kendala utama dalam melakukan monitoring, tidak mudah untuk bisa secara langsung melihat di lapangan, karena penciumannya yang sangat tajam," ujarnya.
WASI’UL ULUM
Berita terkait
Pengadilan Ungkap Kronologi Pembunuhan Badak di Taman Nasional Ujung Kulon, Cula Dijual Rp 300 Juta
7 hari lalu
Badak ditembak di bokong lalu disembelih dan diambil culanya terekam camera trap di dalam Taman Nasional Ujung Kulon. Kamera juga dicuri.
Baca SelengkapnyaSekali Gagal, Badak Pahu Akan Kembali Diambil Sel Telurnya untuk Teknologi Bayi Tabung
27 Februari 2024
Terinspirasi keberhasilan pada Badak Putih di Afrika dan hewan cerpelai. Tantangan antara lain bawa sel telur cepat-cepat ke lab IPB di Bogor.
Baca SelengkapnyaLahirkan Bayi Jantan di Way Kambas Lampung, Ini Profil Badak Delilah
26 November 2023
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya kembali merilis kabar kelahiran badak jantan di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas.
Baca SelengkapnyaBayi Badak di TN Way Kambas Tumbuh Normal, Menunggu Nama dari Menteri
22 November 2023
Taman Nasional Way kambas memiliki penghuni baru berupa seekor badak.
Baca SelengkapnyaPertama Kali dalam 1 Dekade, Populasi Badak Afrika Naik
24 September 2023
Total ada 23.290 ekor badak sampai akhir 2022 atau naik 5.2 persen dibanding tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaHari Badak Sedunia: Berikut Sederet Keistimewaan Badak, Kulit Tebal Tapi Sensitif
22 September 2023
Kulit badak sangat lembut, dan rentan terhadap luka dan sengatan matahari. Hari Badak Sedunia, intip keistimewaan binatang badak ini.
Baca SelengkapnyaAwal Mula 22 September sebagai Hari Badak Sedunia, Bermula dari Afrika Selatan
22 September 2023
Hari ini, 22 September 2010 Hari Badak Sedunia diumumkan WWF Afrika Selatan. Berikut asal mula pencanangannya.
Baca SelengkapnyaKontingen Banten Siap Ikuti Jumbara PMR Nasional IX 2023
28 Juni 2023
Sebanyak 75 peserta kontingen Banten telah mengikuti berbagai tahapan seleksi.
Baca SelengkapnyaKomnas HAM Sebut Dinasti Politik Banten Bikin Rentan Hak Pemilih di Pemilu 2024
12 Mei 2023
Komnas HAM melakukan pemantauan pra pemilu untuk menemukan potensi kerawanan hilangnya hak warga negara dalam pelaksanaan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaRiwayat Sesar Ujung Kulon, Sesar Aktif Penyebab Gempa Banten
11 Mei 2023
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan gempa Banten kemarin dipicu aktivitas sesar aktif dasar laut.
Baca Selengkapnya