Gunung Sinabung menyemburkan material vulkanik disertai awan panas di Desa Kuta Tonggal, Karo, Sumatera Utara, 29 Juni 2015. ANTARA/Endro Lewa
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo meminta penanganan erupsi Gunung Sinabung dilakukan lebih serius. Tak seriusnya penanganan masalah ini, menurutnya, menyebabkan pengungsi Sinabung sudah tak lagi percaya dengan pemerintah.
"Penanganan diperlukan dengan pola yang baru bagi korban bencana erupsi Sinabung sehingga mereka betul-betul merasa diselesaikan masalahnya," ujar Jokowi ketika memimpin rapat terbatas di Kantor Presiden, Kamis, 2 Juli 2015.
Jokowi mengatakan masyarakat di sana sudah enggan dikunjungi karena merasa pemerintah tak kunjung menyelesaikan masalah. "Hanya dikunjang-kunjungi, kunjang-kunjungi, tapi tidak menyelesaikan masalah, untuk apa?" ujar Jokowi.
Jokowi mengatakan pembangunan rumah untuk warga kini sudah selesai hampir setengahnya. Namun yang harus dipikirkan adalah kemungkinan erupsi akan terjadi terus selama kurang lebih lima tahun, meskipun tak dalam volume besar.
Pada Minggu 28 Juni 2015 kemarin, terjadi 116 kali guguran, 14 kali gempa hybrid, tremor menerus, dan 3 kali luncuran awan panas sejauh 3-3,5 kilometer ke Tenggara-Timur, dan tinggi kolom abu vulkanik 3.000 meter.
Adapun pada Senin, 29 Juni 2015 hingga pukul 13.00 WIB, telah terjadi 67 kali guguran, 38 gempa hybrid dan tremor menerus. Pada 07.18 WIB terjadi erupsi dan luncuran awan panas guguran sejauh 3.000 meter ke sektor Tenggara, tinggi kolom abu Vulkanik 2.000 meter. Kota Kabanjahe diguyur hujan abu.
Jumlah pengungsi saat ini 3.150 kepala keluarga atau 10.645 jiwa. Tercatat ada 780 lansia, 76 ibu hamil, 220 bayi, dan 747 balita. Mereka adalah kelompok rentan pengungsi yang harus memperoleh perhatian khusus.