2035, Empat Bencana Iklim akan Kepung Jakarta

Reporter

Selasa, 9 Juni 2015 15:45 WIB

Warga menggunakan kasur tiup sebagai perahu darurat untuk melintasi banjir setinggi 80 cm di Petogogan, Jakarta Selatan, 25 Maret 2015. TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Jakarta diprediksi akan terkena dampak paling parah akibat perubahan iklim dibanding Depok dan Bogor. Hasil riset terbaru yang dilakukan oleh Institut Teknologi Bandung bersama American Red Cross dan Palang Merah Indonesia menunjukkan pemanasan global akan meningkatkan kerentanan iklim di kawasan sepanjang Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

Ibu Kota bakal menghadapi empat dampak bencana iklim sekaligus pada 2035: suhu diprediksi meningkat 2 derajat Celsius, curah hujan meningkat, cadangan air tanah menurun, dan permukaan air laut meningkat di Jakarta Utara.

Menurut Armi Susandi, Ketua Program Studi Meteorologi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB, empat ancaman bencana tersebut membuat Jakarta menjadi salah satu wilayah yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim di Asia Tenggara. Jika tidak dilakukan adaptasi dan mitigasi simultan sejak dini, bukan tidak mungkin keadaan menjadi lebih buruk.

Ancaman banjir, misalnya, tidak hanya berasal dari Jakarta, tapi juga “kiriman” dari Bogor dan Depok, yang berada di dataran yang lebih tinggi. “Upaya adaptasi yang dilakukan oleh masyarakat, pemerintah, dan swasta di Jakarta harus melibatkan dua daerah di atasnya,” kata Armi saat memaparkan hasil risetnya dalam acara membahas perubahan iklim di perkotaan di Jakarta, 26 Mei 2015.

Armi dan tiga koleganya dari ITB, Saut Sagala, Mamad Tamamadin, dan Dodon Yamin, menggunakan data yang berlimpah untuk menghasilkan kesimpulan tersebut, yakni data curah hujan bulanan di 19 titik pengamatan selama 30 tahun, data temperatur di 7 titik pengamatan selama 30 tahun, peta jenis tanah, serta tata guna lahan di Jakarta, Depok, dan Bogor.

Data populasi penduduk juga dipakai untuk mengembangkan proyeksi potensi penurunan cadangan air tanah atau penurunan permukaan tanah. Proyeksi dilakukan sampai 2035 dengan interval 5 tahunan. Simulasi kenaikan permukaan laut di Jakarta sampai 2100 menggunakan data Digital Elevation Model IFSAR resolusi tinggi 5 meter. Hanya Jakarta yang diteliti defisit cadangan air tanah dan kenaikan permukaan lautnya.

Dari penelitian yang dilakukan pada 2013 menunjukkan bahwa peningkatan suhu pada 2035 bervariasi di tiap kota. Di Jakarta, misalnya, diproyeksikan naik dua derajat Celsius. Di Depok naik 1,3 derajat Celsius, dan di Bogor 2,5 derajat Celsius. Curah hujan pada saat itu juga akan meningkat 200 milimeter per bulan di Bogor, 100 milimeter di Depok, dan 40 milimeter di Jakarta.


AHMAD NURHASIM

Berita terkait

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

29 Mei 2023

6 Penyebab Kekeringan, Dampaknya Bagi Manusia

Banyak faktor yang membuat fenomena kekeringan terjadi. Seperti badai El Nino 2015 di Indonesia dan masih banyak lagi.

Baca Selengkapnya

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

14 September 2022

Mahasiswa UGM Manfaatkan Aspal Jalanan Untuk Kurangi Peningkatan Suhu Perkotaan

Mahasiswa UGM menggagas inovasi pemanfaatan aspal sebagai kolektor panas Asphalt Thermal Collector untuk mengurangi peningkatan suhu.

Baca Selengkapnya

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

3 Juni 2022

Anies Baswedan Sebut Balap Formula E bukan Kongres atau Munas, Maksudnya Apa?

Anies Baswedan mengatakan balapan Formula E merupakan jawaban Jakarta untuk menghadapi perubahan iklim dan pemanasan global.

Baca Selengkapnya

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

24 September 2021

Ketika Pradikta Wicaksono Kesal Disebut Dekil, Kurus, dan Gondrong

Pradikta Wicaksono mengungkapkan kejengkelannya ketika penampilannya yang disebut dekil, kurus, dan gondrong ini dikaitkan dengan tuntutan menikah.

Baca Selengkapnya

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

31 Agustus 2021

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Milenial, Siapa Lebih Peduli Lingkungan?

Setiap generasi memiliki ciri spesifiknya, apa perbedaan Generasi Z dan pendahulkunya, Generasi Milenial?

Baca Selengkapnya

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

31 Agustus 2021

Ciri Spesifik Generasi Z Lahir antara 1995 - 2010, Selain itu Apa Lagi?

Istilah Generasi Z berseliweran di media sosial. Apa sebenarnya yang dimaksud Gen Z ini dan bagaimana ciri-cirinya?

Baca Selengkapnya

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

20 April 2021

Faisal Basri Serukan Boikot Bank yang Membiayai Proyek Batu Bara

Ekonom senior Faisal Basri ikut mendorong perbankan untuk tidak lagi membiayai proyek-proyek batu bara.

Baca Selengkapnya

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

6 April 2021

BMKG Sebut Siklon Seroja Tak Lazim, Bisa Picu Gelombang Tinggi Mirip Tsunami

BMKG mengatakan dampak siklon ke-10 ini yang paling kuat dibandingkan siklon-siklon sebelumnya, Masuk ke daratan dan menyebabkan banjir bandang.

Baca Selengkapnya

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

18 Januari 2021

Mensos Risma: Erupsi Gunung Semeru Mungkin Dampak Global Warming

Mensos Risma menyebut peristiwa erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur kemungkinan sebagai dampak dari pemanasan global atau global warming.

Baca Selengkapnya

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

15 Oktober 2019

Cegah Global Warming, Pebisnis Tur Rick Steves Sumbang US$1 Juta

Pariwisata menyumbang pembuangan karbon dalam Global warming. Itulah yenga mendorong pebisnis tur Rick Steves menyumbang US$ 1 juta.

Baca Selengkapnya