TEMPO Interaktif, Bandung Sekretaris Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jawa Barat, Ade Sudrajat mengeluhkan penerapan kebijakan penghematan listrik PT PLN untuk menjaga kelangsungan pasokan listrik. Jika kebijakan itu hanya berlaku secara regional Jawa Barat, ia mengancam akan menggugatnya ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) PLN. “Tentu kita akan PTUN-kan,” tandas Ade, Rabu (28/9). Dari surat edaran PLN, jelas Ade, hanya ditujukan pada industri di Jawa Barat. Sedangkan kalangnan industri di Jawa Tengah, belum mendapatkan edaran serupa. “Yang gencar justru Jawa Barat,” katanya. Lagi pula, lanjutnya, alat pengukur pemakaian listrik berdasarkan hitungan Daya Max Plus harus menggunakan Digital Area Meter. “Kami tahu, belum seluruh industri menggunakan KWh meter digital, akan terjadi disparitas harga,” katanya. Menurutnya, klangan industri rata-rata harus membayar tagihan listrik pada 1 Oktober meningkat 30 persen dari tagihan bulan sebelumnya. Kelebihan itu, jelasnya, disebabkan biaya penggunaan listrik untuk jam tertentu, pukul 17.00 – 22.00 WIB menjadi empat kali lipat sejak diberlakukan surat edaran Daya Max Plus bagi industri, untuk pemakaian listrik September lalu. “Itu kan lebih dari 30 persen lebih dari total rekening,” katanya. Kebijakan ini, dinilainya akan memukul dunia industri. “Justru bukan kenaikan BBM yang memukul (industri) tapi listriknya,” katanya. Humas PT PLN Distribusi Jawa Barat dan Banten, Wisnu Yulianto membenarkan kenaikan tarif listrik yang harus dibayar industri yang memakai daya listrik di atas 200 KVA mencapai 4 kali lipat untuk pemakaian jam tertentu. “Pada industri tertentu saat beban puncak,” katanya kepada Tempo. Namun, ia membantah regulasi itu hanya berlaku untuk regional Jawa Barat. Ia menjelaskan, regulasi yang berlaku nasional itu merupakan pembebanan tambahan tagihan berdasarkan surat edaran Direksi PT PLN yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan pasokan listrik selama beban puncak. Dalam rangka penghematan energi, jelasnya, direksi mengeluarkan dua surat edaran pembebanan terhadap listrik pada saat pemakaian beban puncak. Ahmad Fikri