Duh, Pemain Sepak Bola Ini Sampai Terjerat Utang Motor
Editor
Istiqomatul Hayati
Sabtu, 23 Mei 2015 08:58 WIB
TEMPO.CO, Kediri- Pemain kesebelasan Persik Kediri terus dirundung duka. Setelah gaji mereka tak dibayarkan manajemen, kini para pemain bola ini juga dikejar-kejar debt collector yang menagih pembayaran cicilan sepeda motor.
Nasib tragis ini dialami para pemain Persik setelah klubnya terdepak dari daftar kontestan Divisi Utama 2015. Setelah gaji mereka tak dibayarkan manajemen sejak Februari lalu, mereka harus dipusingkan dengan penagih utang.
Petaka ini bermula ketika manajemen Persik menawarkan pengambilan sepeda motor kepada seluruh pemain akhir tahun lalu. Entah sebagai peredam kemarahan pemain yang terus mempersoalkan pembayaran gaji, penawaran itu disambut para pemain dengan mengambil kredit sepeda motor di salah satu dealer di Kediri.
“Ada sekitar 15 pemain yang ambil motor,” kata Suswanto, salah satu pemain tengah andalan Persik kepada Tempo, Jumat 22 Mei 2015.
Kala itu manajemen menjanjikan akan menyelesaikan cicilan mereka dengan sistem potong gaji setiap bulannya. Karena itu para pemain antusias mengambil kendaraan Yamaha Vixion dan Mio dengan angsuran sebesar Rp 2,2 juta dan Rp 1,1 juta per bulan selama satu tahun. Hingga angsuran keenam, manajemen Persik masih rutin membayar cicilan tersebut kepada dealer melalui lembaga pembiayaan.
Namun menyusul bangkrutnya keuangan Persik yang berimbas pada penghentian pembayaran gaji pemain, pembayaran angsuran motor pun ikut macet. Hal ini membuat para pemain pening. “Sudah gaji tak diberi, masih dikejar debt collector,” kata Suswanto.
Celakanya dalam situasi ini manajemen Persik justru lepas tangan. Para pemain yang meminta kejelasan kepada manajer Persik Anang Kurniawan terpaksa gigit jari lantaran dia menghilang. Beberapa kali upaya pemain mencari Anang yang berstatus pegawai negeri sipil di Pemkot kediri gagal.
Karena itu para pemain bersepakat akan berunjuk rasa di kantor Pemerintah Kota Kediri Selasa pekan depan, 26 Mei 2015 meminta pertanggungjawaban Anang. Mereka juga meminta pembayaran gaji untuk menghidupi keluarga menjelang lebaran. “Setidaknya dibayar dua bulan saja tidak apa-apa,” kata Suswanto.
Anang berulang kali tak menerima panggilan telepon dari Tempo. Upaya pencarian ke ruang kerjanya yang selalu tertutup rapat juga kandas.
HARI TRI WASONO