Adik Sultan Yogya: Sabda Raja Batal Demi Hukum

Reporter

Kamis, 7 Mei 2015 08:17 WIB

Sri Sultan Hamengkubuwono X, raja Kasultanan Yogyakarta, dan KGPAA Paku Alam IX (kanan) saling memberi hormat seusai membacakan Sabda Tama (pernyataan raja) di Bangsal Kencono, Kompleks Kraton Yogyakarta, Kamis (10/05/2012). Dalam pernyataannya, Sultan menegaskan bahwa Kraton Yogyakarta dan Kraton Puro Pakualaman merupakan satu kesatuan yang utuh, dan bahwa Yogyakarta memiliki tata peraturannya sendiri meskipun telah bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia. TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Adik kandung Raja Keraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hadiwinoto menegaskan kedua Sabda Raja tersebut batal demi hukum. Kedua Sabda Raja tersebut diucapkan Sultan pada 30 April 2015 dan 5 Mei 2015 di Sitihinggil, Keraton Yogyakarta.

“Sesuai dengan telaah hukum, dua Sabda Raja itu batal demi hukum,” kata Hadiwinoto, yang ditemui usai melakukan ziarah bersama rombongan adik-adik Sultan di makam Sultan HB IX di komplek makam raja-raja Mataram di Imogiri, Bantul, Rabu, 6 Mei 2015 petang.

Alasan batal demi hukum antara lain pengucapan Sabda Raja bertentangan dengan paugeran (aturan keraton) dan protokolernya. Apalagi atribut dan pakaian yang dikenakan Sultan saat itu bukanlah pakaian kebesaran yang seharusnya dikenakan raja.

Sultan saat itu mengenakan pakaian kebesaran yang berbordir dan mengenakan kuluk (penutup kepala) warna biru muda. Atribut itu biasa dikenakan oleh putra mahkota yang belum dinobatkan menjadi raja. Sedangkan pakaian kebesaran raja yang seharusnya dikenakan adalah kanigoro dan sikepan lugas serta kuluk warna hitam.

Apalagi pengucapan Sabda Raja dilakukan di Sitihinggil yang merupakan tempat raja bertahta. Di depan Sitihinggil ada Bangsal Manguntur Tangkil yang merupakan tempat tertinggi di Keraton Yogyakarta. “Itu bukan sultan,” kata Hadiwinoto.

Lantaran alasan itu pula, Hadiwinoto tidak hadir saat Sabda Raja II. Sedangkan pada Sabda Raja I, dia hadir. Hadiwinto menjelaskan usai Sabda Raja I, dia memberikan masukan kepada Sultan berkaitan dengan paugeran dan protokoler pengucapan Sabda Raja yang tidak tepat.

Hadiwinoto pun melakukan telaah hukum dan sosial budaya bersama tim hukum Keraton pada 4 Mei 2015. Saat Sabda Raja II, hal-hal yang dianggap pelanggaran itu diulang kembali oleh Sultan saat Sabda Raja II.

“Enggak usah ngomongin substansi (Sabda Raja I dan II) karena otomatis cacat hukum,” kata Hadiwinoto.

Dia juga membantah apabila Sultan melakukan pelanggaran karena tidak mengetahui paugeran dan protokolernya.

“Enggak mungkin enggak ngertos (tahu),” kata Hadiwinoto.

PITO AGUSTIN RUDIANA



Berita terkait

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

10 hari lalu

Aeropolis Dekat Bandara YIA, Sultan Hamengku Buwono X Minta agar Tak Ada Kawasan Kumuh

Sultan Hamengku Buwono X meminta agar Kulon Progo memilah investor agar tidak menimbulkan masalah baru seperti kawasan kumuh.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

18 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Gelar Open House setelah Absen 4 Kali Lebaran, Ada Jamuan Tradisional

Sultan Hamengku Buwono X dan Paku Alam X absen gelar open house selama empat tahun karena pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

19 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Keraton Yogyakarta, Tahun Ini Tak Ada Rebutan Gunungan, Abdi Dalem Membagikan

Tahun ini, tradisi Grebeg Syawal tidak lagi diperebutkan tapi dibagikan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Bagaimana sejarah Grebeg Syawal?

Baca Selengkapnya

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

21 hari lalu

Tradisi Grebeg Syawal Yogya, Ini Alasan Gunungan Tak Lagi Diperebutkan Tapi Dibagikan

Keraton Yogyakarta kembali menggelar tradisi Grebeg Syawal dalam memperingati Idul Fitri 2024 ini, Kamis 11 April 2024.

Baca Selengkapnya

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

30 hari lalu

78 Tahun Sultan Hamengkubuwono X, Salah Seorang Tokoh Deklarasi Ciganjur 1998

Hari ini kelahirannya, Sri Sultan Hamengkubuwono X tidak hanya sebagai figur penting dalam sejarah Yogyakarta, tetapi juga sebagai tokoh nasional yang dihormati.

Baca Selengkapnya

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

44 hari lalu

Sultan Hamengku Buwono X Heran Kasus Antraks di Sleman dan Gunungkidul Muncul Kembali, Karena Tradisi Ini?

Sultan Hamengku Buwono X mengaku heran karena kembali muncul kasus antraks di Sleman dan Gunungkidul Yogyakarta. Diduga karena ini.

Baca Selengkapnya

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

50 hari lalu

60 Event Meriahkan Hari Jadi DI Yogyakarta sampai April, Ada Gelaran Wayang dan Bazar

Penetapan Hari Jadi DI Yogyakarta merujuk rangkaian histori berdirinya Hadeging Nagari Dalem Kasultanan Mataram Ngayogyakarta Hadiningrat

Baca Selengkapnya

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

50 hari lalu

269 Tahun Yogyakarta Hadiningrat, Apa Isi Perjanjian Giyanti?

Perjanjian Giyanti berkaitan dengan hari jadi Yogyakarta pada 13 Maret, tahun ini ke-269.

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

51 hari lalu

Keraton Yogyakarta Gelar Pameran Abhimantrana, Ungkap Makna di Balik Upacara Adat

Keraton Yogyakarta selama ini masih intens menggelar upacara adat untuk mempertahankan tradisi kebudayaan Jawa.

Baca Selengkapnya