Ada Penggalangan Dana untuk Penyu di Earth Hour Yogya
Editor
Martha Warta Silaban
Minggu, 29 Maret 2015 06:57 WIB
TEMPO.CO, Yogyakarta - Sebanyak 40 korporasi dan tiga pemerintah kabupaten/kota di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta terlibat dalam aksi serentak memadamkan listrik menyambut earth hour di Yogyakarta, Sabtu 28 Maret 2015.
Selama 60 menit, mulai pukul 20.30 hingga 21.30 WIB, aksi mematikan listrik dan lampu itu tampak menghiasi jalan-jalan protokol seperti Jalan Jenderal Soedirman, Monumen Tugu, hingga Jalan Mangkubumi. Puluhan personil kepolisian Kota Besar Yogyakarta ikut berjaga di simpang monumen tugu yang gelap.
Pantauan Tempo, aksi menyelamatkan bumi dengan cara penghematan energi itu di kota gudeg, masih cukup timpang suasananya antara satu kawasan dengan kawasan lainnya.
Misalnya peserta korporasi atau swasta di Jalan Jenderal Soedirman tak sebanyak di jalan Mangkubumi. Suasana earth hour di Jalan Mangkubumi pun terasa lebih kental ketika hotel-hotel berbintang seperti Grand Zuri, Harper, dan 101 memadamkan seluruh lampunya dan mengganti dengan lilin.
Sedangkan di Jalan Soedirman suasana earth hour kurang terasa karena sedikitnya peserta yang turut, yakni hanya Hotel Novotel dan Kantor BCA Yogyakarta Pusat.
"Kami masih susah menembus untuk kawasan yang terlalu padat pertokoan seperti di Jalan Soedirman," ujar Koordinator Public Relation Earth Hour Jogja Angelina Indra kepada Tempo di sela acara yang dipusatkan di Lapangan Realino Universitas Sanata Dharma.
Aksi earth hour di Lapangan Realino diisi kegiatan berbagai komunitas. Mulai dari musik akustik, orasi, hingga talk show tentang kondisi lingkungan terkini di wilayah Yogya.
Salah satu tema yang diusung yakni isu konservasi penyu di pesisir pantai selatan, tepatnya Pantai Samas, Kabupaten Bantul.
Aktivis konservasi penyu pesisir, Reispirasi, Deny Widyanto menuturkan, tiap tahunnya semakin sedikit penyu yang terlacak mau menggunakan pesisir selatan untuk mendarat dan bertelur."Sudah terlalu banyak sampah dari wisatawan," ujar Deny.
Pada 2014 lalu, komunitas Reispirasi mencatat, setidaknya hanya dua ekor penyu saja yang mendarat di pesisir selatan dan dimasukkan area konservasi.
Jenis penyu yang terdeteksi mendarat dan bertelur di area konservasi Pantai Samas itu penyu Lekang (Lepidochelys olivacea).
Deny menduga makin sedikitnya penyu yang memilih mendarat dan bertelur di area pesisir selatan karena memandang kawasan itu tak memadai lagi untuk berkembang biak. Selain makin ramai wisatawan dan menyumbang bising serta sampah, juga munculnya alih lahan seperti yang terjadi belakangan ini berupa tambak udang.
Lebih parah lagi, banyaknya wisatawan yang kerap bermain balon dan menjatuhkan di laut dekat pesisir. Hal ini diduga kuat menjadi penyebab matinya sejumlah penyu belum lama ini.
"Kami menduga penyu-penyu ini mati karena memakan balon yang dikira ubur-ubur itu, makanya kami himbau wisatawan tak lagi bermain balon dan menjatuhkan ke laut," kata Deny.
Dalam aksi earth hour ini, sebanyak 30 pelari dari komunitas Jogja-Playon melakukan lari keliling kota dengan jarak 7 kilometer sembari menggalang dana untuk disumbangkan bagi kelanjutan konservasi penyu di Pantai Samas.
Para pelari itu berangkat saat pemadaman serentak dimulai dan kembali sekitar lima menit sebelum pemadaman serentak diakhiri pukul 21.30 WIB.
PRIBADI WICAKSONO