TEMPO Interaktif, Banda Aceh: Ribuan warga memadati halaman Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, menyaksikan penandatangan kesepakatan damai antara pemerintah dan Gerakan Aceh Merdeka di Helsinki (15/08) melalui layar. Warga bersorak saat menyaksikan para petinggi kedua pihak membubuhkan tanda tangannya.Idris, warga asal Desa Kuta Trieng, Meulaboh yang sedang berada di Banda Aceh, khusus datang untuk menyambut acara damai tersebut, di Masjid Raya, Banda Aceh. "Semoga perdamaian bisa sukses, damai, dan stabil di Aceh," ungkapnya. Idris berharap, damai bukan hanya di atas kertas. Ia juga berharap perdamaian bisa dirasakan oleh warga di pelosok dan tidak ada lagi kontak senjata yang selalu membuat warga ketakutan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ridwan, 54 tahun, warga asal Jeunib, Bireuen. Dia mengaku sudah beberapa bulan sebelum tsunami berada di Banda Aceh untuk bekerja. "Di desa saya sering kontak senjata, kami kadang tidak bisa bekerja di kebun dan sawah dan juga lainnya," tuturnya.Ridwan menyebutkan merasa senang dengan perjanjian damai antara pemerintah Indonesia dan GAM. Tetapi, harusnya kesepakatan itu bisa benar-benar direalisasi di lapangan. Tidak ada lagi konflik yang terus menerus terjadi di Aceh. Dalam pidatonya di hadapan massa, Menko Kesra Alwi Shihab mengajak semua pihak agar memelihara perdamaian yang telah dicapai ini. Dia menyebutkan mulai hari ini dan seterusnya, masyarakat Aceh akan hidup dalam kedamaian. "Jauh dari kesengsaraan yang telah dialami oleh masyarakat Aceh selama 30 tahun," sebutnya. Adi Warsidi