Muhammadiyah Godok Kurikulum Integrasi Ilmu Barat-Islam

Reporter

Selasa, 24 Februari 2015 09:03 WIB

Sejumlah siswa menunjukan poster protes kepada PM Australia Tony Abbott saat aksi Koin Untuk Australia di SD Muhammadiyah 4 Pucang, Surabaya, 23 Februari 2015. Pengumpulan uang koin ini dilaksanakan di sejumlah daerah di Indonesia. TEMPO/Fully Syafi

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah perguruan tinggi Muhammadiyah mengembangkan disiplin ilmu dan kurikulum yang diintegrasikan dengan konsep Islam dengan tujuan ilmu pengetahuan yang diberikan lebih bermanfaat bagi kehidupan.

"Kami sudah memulainya di fakultas psikologi sejak 2012, yang tidak hanya melakukan kajian yang berasal dari Barat, tapi juga kajian Islam. Tahun ini juga dikembangkan ke fakultas lain," kata Wakil Rektor Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (Uhamka) Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Zamahsari, di sela seminar "Integrasi Islam dan Disiplin Ilmu" di Jakarta, Senin, 23 Februari 2015.

Gerakan yang mengintegrasikan disiplin ilmu Barat dengan Islam, ujar Zamahsari, juga sudah dilakukan di Universitas Muhammadiyah Malang dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Gerakan ini merupakan kelanjutan pewujudan gagasan KH Ahmad Dahlan, yang sejak 1920 menginginkan integrasi antara ilmu dari Barat dan Islam.

Integrasi ini, menurut Zamahsari, membutuhkan energi yang besar karena pihaknya harus membuat peta jalan dan kajian serta menyiapkan sumber daya manusia dengan antara lain melakukan kritik terhadap ilmu sekuler dari Barat dengan menggunakan konsep-konsep Islam serta membandingkan keduanya di tingkat empiris.

Dalam pengembangan kurikulum ini, ujar dia, Muhammadiyah mengundang sejumlah ilmuwan dari Islam dari International Islamic University Malaysia (IIUM) yang telah melakukan islamisasi ilmu pengetahuan secara besar-besaran di Malaysia, yakni Prof Kamal Hasan, Prof Dr Hazizan Md. Noon, dan Dr Alizi bin Alias.

Mantan Rektor IIUM, Prof Kamal Hasan, mengatakan integrasi ilmu pengetahuan dengan Islam di kampusnya telah dilakukan di berbagai disiplin ilmu, seperti di fakultas kedokteran, teknologi informasi, sains, sains sosial, ekonomi, dan pendidikan.

"Sejak Malaysia dijajah Barat, ilmu-ilmu di Malaysia binaan Barat menafikan ilmu wahyu. Perlu ada paradigma baru yang mampu mengharmonisasi ilmu-ilmu Barat ini dengan ilmu tauhid, karena pemisahan ini merupakan kezaliman terhadap Allah. Itulah mengapa IIUM didirikan pada 1983," kata Kamal.

Ia mencontohkan ilmu sains sosial yang mengajarkan sosiologi dan psikologi dengan memasukkan perspektif Islam serta pengajaran ilmu hukum yang tidak hanya berbasis pada hukum Inggris, tapi juga syariah.

Dalam kesempatan itu, Kamal juga menyatakan kekagumannya terhadap ulama Indonesia, Buya Hamka, yang dia anggap sebagai gurunya setelah membaca berbagai tulisan Hamka. Dia juga menyatakan senang melihat perguruan-perguruan tinggi Muhammadiyah juga mengembangkan paradigma integrasi ini.

ANTARA






Advertising
Advertising

Berita terkait

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

1 hari lalu

Bahlil Beri Sinyal Ormas Bisa Kelola Izin Tambang, Aspebindo: Modal untuk Mandiri

Aspebindo mendukung rencana pemerintah membagikan izin usaha pertambangan (IUP) kepada ormas keagamaan. Apa alasannya?

Baca Selengkapnya

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

3 hari lalu

Baznas - Muhammadiyah Gulirkan Program Pengembangan SDM Unggul

Kolaborasi antara Baznas dengan Muhammadiyah dalam pemanfaatan dana zakat, bisa memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan umat

Baca Selengkapnya

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

4 hari lalu

Jika Prabowo Tunjuk Mendikbud dari Muhammadiyah, Darmaningtyas: Tak Masalah, Asal...

Darmaningtyas mengatakan tak masalah jika Mendikbud era Prabowo dari Muhammadiyah, asal tokoh tersebut berlatar belakang dunia pendidikan.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

5 hari lalu

Kata Ketum Muhammadiyah Soal Gugatan PDIP di PTUN

Apa kata Ketum Muhammadiyah soal gugatan PDIP di PTUN?

Baca Selengkapnya

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

8 hari lalu

KPU Tetapkan Prabowo-Gibran Pemenang Pilpres 2024, Ini Tanggapan PBNU, PP Muhammadiyah hingga Kadin

Reaksi PBNU, PP MUhammadiyah, Kadin Terhadap Penetapan Prabowo - Gibran Pemenang Pilpres 2024 oleh KPU

Baca Selengkapnya

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

8 hari lalu

Tanggapan Demokrat dan Muhammadiyah Soal Kabinet Prabowo-Gibran

Muhammadiyah menyatakan belum ada pembahasan soal formasi kabinet pemerintahan Prabowo-Gibran.

Baca Selengkapnya

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

9 hari lalu

Respons PBNU dan Muhammadiyah terhadap Putusan MK

Haedar Nashir puji Anies-Muhaimin dan Ganjar-Mahfud yang menerima hasil putusan MK.

Baca Selengkapnya

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

10 hari lalu

Kata Ketum PP Muhammadiyah Soal Sikap Ganjar dan Anies Terkait Putusan MK

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir angkat bicara ihwal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sengketa hasil Pemilu 2024.

Baca Selengkapnya

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

21 hari lalu

'Tragedi' Lebaran 2011, Opor Ayam Sudah Dibuat Penetapan Idul Fitri Mundur Sehari

Masih ingat Lebaran 2011, saat pemerintah mundurkan sehari Idul Fitri. Emak-emak protes opor yang sudah dibuat tak jadi disantap esok hari.

Baca Selengkapnya

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

24 hari lalu

Fakta Lebaran 2024: Idul Fitri Bersamaan, Kecelakaan Fatal Contraflow, sampai Mbah Benu 'Telepon' Allah

Lebaran 2024 diwarnai sejumlah fakta menarik, termasuk perayaan Idul Fitri 1445 H yang dilakukan bersamaan oleh Muhammadiyah dan pemerintah

Baca Selengkapnya