TEMPO Interaktif, Stockholm: Para pemimpin Gerakan Aceh Merdeka yang kini bermukim di Swedia mengaku ingin segera kembali ke Aceh, segera setelah perjanjian perdamaian ditandatangani dengan pemerintah Indonesia. "Kami selalu ingin kembali," kata juru bicara GAM Bachtiar Abdullah kepada AFP. "Saya cinta Stockholm, tapi kami juga memiliki tanggung jawab untuk masyarakat Aceh. "Kami sangat merindukan orang-orang yang kami cintai. Meski mereka meninggalkan kami, meninggal dunia, kami dulu tidak bisa kembali. Perasaan rindu ini selalu berada di sana," kata Bachtiar, yang baru tiba dari Helsinki, untuk mengikuti putaran kelima perundingan dengan pemerintah RI.Abdullah bersama para pemimpin GAM lainnya bermukim di Stockholm sejak mereka mendeklarasikan kemerdekaan Aceh pada 1976. Di ibu kota Swedia itu juga bermukim pemimpin tertinggi GAM Hasan Tiro, bersama Malik Mahmud (perdana menteri), dan sejumlah petinggi GAM lainnya.Menurut Abdullah, tsunami yang menggulung Aceh pada 26 Desember telah membuka mata dunia tentang konflik di Aceh. "Anda harus menciptakan lingkungan yang kondusif. Anda harus menciptakan wilayah yang aman sebelum bisa menyalurkan bantuan," tuturnya.Kendati begitu, Abdullah menyatakan masih khawatir bahwa perjanjian gagal ditandatangani. Ia mengaku memiliki "pengalaman buruk dengan rezim di Indonesia untuk waktu yang lama". Ia menuduh pemerintah Indonesia telah "menyabotase" perjanjian damai pada 2003. "Kini kami terus menunggu, apakah orang Indonesia memikirkan apa yang mereka katakan dan mengatakan apa yang mereka pikirkan." AFP