TEMPO Interaktif, Jakarta:Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto menyatakan akan menarik pasukan TNI dari Aceh dalam waktu tiga bulan, setelah perundingan antara RI dan GAM ditandatangani pada 15 Agustus mendatang. Hal itu dilakukan jika GAM benar-benar menyerahkan senjatanya. "Bukan tidak ada kepercayaan, tapi nanti kita lihat sejauh mana GAM menaati hasil kesepakatan, kalau disepakati dalam bulan pertama, misalnya mereka menyerahkan 30 persen senjatanya maka kita akan menarik pasukan sebesar 30 persen juga," katanya kepada wartawan seusai menandatangani piagam kesepakatan bersama antara TNI dengan Polri di KRI Tanjung Nusanive-973, Senin (18/7).Pada prinsipnya, lanjut dia, TNI tidak keberatan menarik pasukannya dari Aceh. Bahkan TNI sangat mengharapkan perundingan Helsinki dapat memyelesaikan konflik di Aceh secara tuntas. "Kalau memang GAM punya komitmen dan secara serius menyerahkan senjatanya, tidak ada salahnya TNI ditarik," tandasnya. Menurut Endriartono, keberadaan TNI di Aceh karena adanya GAM. Karena itu, kalau GAM sudah kembali ke pangkuan ibu pertiwi dan senjatanya diserahkan, sehingga tidak ada lagi gangguan keamanan, Untuk apa mengeluarkan anggaran besar bagi TNI yang tidak ada tuganya lagi." Endriartono menambahkan, selama hasil perundingan belum ditandatangani situasi pengamanan di Aceh tetap sama. "Nanti dari penandatanganan itu akan ada klausul yang mengatakan bagaimana proses di lapangan," tambahnya. Mengenai pemantau asing, Endriartono menyatakan tidak keberatan dengan hal itu. Sunariyah