Budayawan Yogya Tolak Cetak Biru Pembangunan Kebudayaan

Reporter

Editor

Raihul Fadjri

Sabtu, 31 Januari 2015 19:42 WIB

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X memberikan keterangan pers setelah menerima naskah UU Keistimewaan DIY di kompleks kantor Gubernur, Kepatihan, Yogyakarta, (4/9/2012). TEMPO/Suryo Wibowo

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kelompok yang menamakan dirinya Masyarakat Seni dan Budaya Yogyakarta menolak draft Cetak Biru Pembangunan Kebudayaan DIY yang tengah disusun Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Penolakan itu disampaikan lewat surat kepada Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X yang juga diterima Tempo lewat surat elektronik Sabtu 31 Januari 2015.

“Draft Cetak Biru Pembangunan Kebudayaan DIY tersebut mempunyai masalah yang sangat mendasar pada aspek prosedur penyusunan dan substansi yang dikandungnya,” ujar juru bicara kelompok ini Agung Kurniawan.

Menurut Agung, pada aspek prosedur, penyusunan draft Cetak Biru Pembangunan Kebudayaan DIY itu dilakukan secara terburu-buru dan tidak melibatkan para pemangku kepentingan kebudayaan di DIY. Pada aspek substansi, draft itu tidak mencerminkan kenyataan kebudayaan yang pernah dan tengah terjadi di DIY. “Draft itu punya cara pandang yang keliru terhadap kebudayaan,” katanya.

Menurut Agung, kelompok ini mengusulkan pembuatan Cetak Biru itu dilakukan secara terbuka dan melibatkan para pemangku kepentingan kebudayaan di DIY. “Seluruh proses pembuatan kebijakan dan pembangunan infrastruktur kebudayaan di DIY harus dilakukan secara transparan, melibatkan stakeholder dan publik, serta dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Agung yang juga dikenal sebagai perupa ini.

Sebelumnya pada 15 Januari 2015 di Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri Universitas Gadjah Mada (PKKH UGM) diselenggarakan pertemuan dan diskusi mengenai draft Cetak Biru Pembangunan Kebudayaan DIY itu. Acara ini dihadiri oleh pemangku kepentingan kebudayaan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kritik pedas muncul dari Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya, UGM, Faruk HT. Dia menilai isi cetak biru, yang akan berlaku pada 2015-2025, tersebut disusun dengan dasar-dasar teori kebudayaan yang lemah. Menurut Faruk, isinya mengasumsikan konstruksi kebudayaan di DIY homogen dan statis. "Teorinya ketinggalan zaman, asumsi-asumsinya lemah karena tidak berdasar riset terbaru," ujar Faruk saat itu.

Apalagi, katanya, proses penyusunannya tidak menjaring banyak pendapat dari praktisi dan ahli yang memahami dinamika kebudayaan di DIY. "Dicari tahu dulu, isi kepala orang Jogja sekarang itu nilai-nilai seperti memayu hayuning bawana atau justru yang lain," kata Faruk.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono membantah anggapan bahwa penyusunan draft itu tidak partisipatif, tertutup dan mendadak. "Kami terbuka," kata dia.

RAIHUL FADJRI

Berita terkait

Cerita dari Kampung Arab Kini

11 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.

Baca Selengkapnya

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

15 hari lalu

Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi

Baca Selengkapnya

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

51 hari lalu

Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755

Baca Selengkapnya

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

56 hari lalu

DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram

Baca Selengkapnya

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

59 hari lalu

Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.

Baca Selengkapnya

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.

Baca Selengkapnya

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.

Baca Selengkapnya

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman

Baca Selengkapnya

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.

Baca Selengkapnya