Black box AirAsia QZ8501 yang berhasil diangkat ditunjukkan di Pangkalan Bun, Kalteng, 12 Januari 2015. AP/Achmad Ibrahim
TEMPO.CO , Jakarta: Pengamat penerbangan Dudi Sudibyo mengatakan Komite Nasional Keselamatan Transportasi bisa menyelidiki kecelakaan AirAsia hanya dengan menggunakan Flight Data Recorder (FDR).
Alasannya, FDR telah merekam semua prilaku pesawat sebelum jatuh. "Data dari FDR sudah cukup lengkap untuk menyelidiki kecelakaan," kata Dudi saat dihubungi, Senin, 12 Januari 2014. (Baca: Ekor Air Asia Dipotong-potong )
Menurut Dudi, FDR menyimpan data seperti kecepatan pesawat saat jatuh, sudut jatuh, menukik atau sempak gliding, berbelok sejauh mana, pesawat memasuki awan cumulonimbus atau tidak, dan data-data lainnya.
Sementara Voice Cockpit Recorder (VCR) menyimpan suara percakapan antara pilot dengan ATC, pilot dengan co-pilot, maupun pilot dengan kru kabin. "Jadi apakah pilot sempat memperingati penumpang bersiap sebelum impact, itu terekam dalam VCR," kata editor senior di majalah Angkasa ini. (Baca: Black Box Air Asia Ditemukan, Korban Tetap Dicari)
Karena itu, data vital untuk investigasi kecelakaan AirAsia bisa didapatkan dari FDR. "Tak perlu menunggu VCR biar seburuk-buruknya benda itu tak bisa ditemukan." (Baca: Cari Air Asia, Basarnas: Ada yang Mau Naik Pangkat)
Terpisahnya kedua alat itu dari kotak hitam sangat mungkin terjadi dalam kecelakaan penerbangan. Karena itu, kedua alat itu dilengkapi dengan sinyal ping masing-masing.
"Saya masih optimis VCR masih bisa ditemukan dalam waktu dekat. Terakhir saya baca, Basarnas juga sudah mendeteksi satu sinyal ping lagi," kata Dudi.
Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) menyebut kondisi korban kecelakaan pesawat capung di Jalan Sunburst, Cilenggang, Tangerang Selatan masih utuh. Kecelakaan terjadi saat hujan deras melanda wilayah ini.