Densus 88 menggiring warga negara asing asal Turki terduga Teroris yang terlibat Jaringan Islamic State o Iraq and Syiriah (ISIS) di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, 14 September. Keempat terduga terorisdiamankan ke Markas Korps Brimob Kelapa Dua, Depok. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat.
TEMPO.CO, Surabaya - Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Irjen Anas Yusuf mengaku belum mendapatkan keterangan resmi 12 Warga Negara Indonesia yang ditahan Malaysia karena hendak bergabung dengan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
"Masih dilakukan pendalaman oleh Densus di Jakarta," kata Anas kepada Tempo seusai pemberian penghargaan kepada anggota Kodim 0817/Gresik dan Polres Gresik di Markas Kodam V/Brawijaya terkait peristiwa penyanderaan di Gresik, Kamis, 18 Desember 2014.
Dia mengakui adanya 12 WNI yang merupakan warga Jawa Timur. Dua diantaranya dari Magetan, 6 orang dari Surabaya, dan sisanya dari Lamongan, Sampang dan Blitar. (Baca: Mau Gabung ISIS, Suami-Isteri Asal Blitar Dicekal)
Hasil pendalaman masih terus dimonitor. Namun Anas yakin tidak ada modus tertentu dalam kepergian 12 orang tersebut menuju Suriah. Menurut dia, kepergian mereka layaknya para turis yang melancong sehingga sulit diketahui mereka berniat pergi karena ingin bergabung dengan ISIS. "Kan kita nggak bisa halangi mereka pergi kemana, nggak tahu tujuannya, rata-rata kayak turis," kata Anas.
Kendati demikian, Polda Jawa Timur dan jajarannya tetap akan melakukan langkah antisipasi terutama jelang Natal dan Tahun Baru. Antisipasi dilakukan dengan cara memantau wilayah-wilayah yang berpotensi munculnya ancaman. Khususnya di Lamongan, Magetan, Jombang, wilayah Tapal Kuda termasuk Madura.