Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Yogyakarta - Terkait dengan longsor pada Jumat lalu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan sedang memikirkan cara meminta warga di sekitar Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, agar mengikuti program transmigrasi lokal. Ganjar mengatakan program ini semestinya juga diikuti warga lain di sekitar kawasan itu yang rumahnya berada di tebing rawan longsor.
“Saya sudah bicara ke Bupati Banjarnegara soal ini, tapi hambatannya pasti masalah sosial ekonomi,” kata Ganjar seusai melantik Pengurus Pusat Keluarga Alumni UGM (Kagama) di Rektorat UGM pada Ahad, 14 Desember 2014. (Baca: Dalam Lima Tahun, Banjarnegara Longsor 15 Kali)
Solusi ini pernah menjadi wacana saat bencana longsor di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, pada 2006. Tapi, menurut Ganjar, memindah lokasi permukiman warga dalam jumlah besar bukan perkara mudah.
Rektor UGM Dwikorita Karnawati berpendapat relokasi di kawasan sekitar longsor itu merupakan solusi tepat mengingat tingkat kerawanan bencana yang tinggi di sana. Kawasan lokasi longsor saat ini memang berbahaya dan diperparah dengan pembangunan permukiman yang serampangan serta drainase berkualitas buruk. “Sebagian rumah juga diperluas dengan mengepras kaki lereng, ini bahaya,” kata dia. (Baca juga 2 Penyebab Longsor Banjarnegara Versi UGM)
Dwikorita, yang sudah berkunjung ke lokasi bencana di Karangkobar, mengamati banyak warga setempat sudah memahami bahaya bermukim di sana. Namun, mayoritas tidak berdaya karena hanya memiliki lahan di kawasan itu.
Tanah longsor di Banjarnegara terjadi pada Jumat pukul 18.00 WIB. Ada 54 rumah yang tertimbun tanah. Banyaknya korban diduga lantaran hujan amat deras sehingga warga memilih berdiam di rumah saat peristiwa itu.