Kapal penangkap ikan Oryong 501 dioperasikan oleh Sajo Industries, dikabarkan tenggelam di Laut Bering, lepas pantai wilayah Chukotka timur jauh Rusia, 1 Desember 2014. Satu orang tewas dan nasib lebih dari 50 lainnya tidak diketahui. REUTERS/Sajo Industri /Yonhap
TEMPO.CO, Brebes - Lantunan ayat suci Al-Quran sayup-sayup terdengar dari mulut gang RT 3 RW 7 Desa Tegalglagah, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Rabu malam, 3 Desember 2014. Malam itu, Jayanti, istri Abdullah--anak buah kapal Oryong 501-- menggelar acara pengajian untuk mendoakan keselamatan para awak kapal asal Korea Selatan itu. (Nasib ABK Oryong, Tertipu dan Kandas di Laut Rusia)
Abdullah, 31 tahun, adalah anak buah kapal Oryong 501. Senin, 1 Desember 2014 lalu, kapal penangkap ikan berawak 60 orang itu tenggelam di perairan Rusia. Abdullah adalah satu dari 35 ABK asal Indonesia di kapal berbendera Korea Selatan itu. (Korban KapalOryong, Rigo, Pernah Jadi OB)
Jayanti cemas menunggu kabar tentang suaminya di rumah yang sempit, berlantai semen, dan tanpa ruang tamu itu. Sembari menjaga bayinya yang tertidur pulas di kasur, Jayanti sesekali meraih telepon seluler bututnya. "Sampai sekarang belum ada kabar lagi," katanya lirih. Pelupuk mata perempuan 23 tahun itu bengkak. Seharian kemarin ia menangis, meratapi suaminya yang hilang di laut bersuhu di bawah 10 derajat Celsius.
"Kami tadi mengaji untuk mendoakan Abdullah agar segera ditemukan dan bisa pulang dalam kondisi selamat," kata Sri Mujiyanti, kakak Jayanti. "Semoga Tuhan mengabulkan doa kami," ujarnya. (Kerja Berat, ABK Indonesia Biasanya Cuma Bawahan)
Sri bercerita, Abdullah menikahi adiknya dua tahun lalu. Saat itu, Abdullah sudah bekerja sebagai nelayan di Korea. "Dia jadi nelayan sejak masih bujangan, sudah sekitar empat tahun ini," katanya. (Rawan Celaka, Begini Rumitnya Syarat ABK Kapal)