Jenderal Polisi Ini Cerita Tes Keperjakaannya  

Reporter

Rabu, 19 November 2014 20:36 WIB

Ratusan Perwira Polisi meninggalkan ruangan Auditoriom Kampus Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian, Jakarta, 6-8, 2012. Kapolri Timur Pradopo mengumpulkan perwira tinggi Kepolisian untuk melakukan arahan kepada anggotanya. Pertemuan ini bersifat internal dan Pers tidak diperbolehkan meliput. TEMPO/Wisnu Agung Prasetyo.

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hukum Markas Besar Kepolisian Brigadir Jenderal Moechgiyarto punya pengalaman dites keperjakaannya saat seleksi Akademi Kepolisian pada 1980-an. Menurut dia, kala itu ada petugas kepolisian yang mengetuk lututnya untuk mengetahui kualitas kesehatannya. "Dari situ dilihat kopong atau tidak. Para tim medis pasti sudah punya catatan dan perhitungannya," kata lulusan terbaik Akpol 1986 itu di Gedung Puri Imperium Kuningan, Jakarta, Rabu, 19 November 2014. (Baca: Cerita Tes Keperawanan yang Bikin Polwan)

Kepolisian kini disorot karena masih melakukan tes keperawanan terhadap para calon polisi wanita. Human Rights Watch, yang mewawancarai sejumlah polwan dan pelamar polwan di enam kota, menyatakan tes keperawanan masih tetap dilakukan. Sejumlah polwan trauma, bahkan pingsan, saat menjalani tes ini. Tes itu tercantum sebagai salah satu syarat yang harus dijalani pelamar polwan dalam website rekrutmen polisi. Human Rights Watch mengkritik tes ini karena dianggap merendahkan martabat perempuan.

Lalu apakah tes serupa juga dilakukan untuk calon polisi laki-laki? Menurut Moechgiyarto, calon polisi laki-laki tak diuji lagi kualitas keperjakaannya. "Mau mengecek laki-laki dari mana? Enggak ada caranya selain diketuk lututnya. Kalau perempuan, kan, gampang diuji keperawanannya," kata bekas Kepala Polda Nusa Tenggara Barat ini. (Baca: Sutarman: Informasi Tes Keperawanan Tak Akurat)

Menurut Moechgiyarto, tes keperawanan dilakukan agar polisi tak kecolongan. Sebab, kata dia, kepolisian pernah menerima seorang polisi wanita yang hamil saat baru dua bulan menjadi anggota. (Baca: Cerita Tes Keperawanan yang Bikin Polwan Pingsan)

Moechgiyarto menjelaskan bahwa poin penilaian keperawanan disesuaikan dengan poin kepribadiannya. Artinya, kata dia, tak semua calon polwan yang tak perawan akan ditolak. "Kami bisa menilai calon anggota ini tidak perawan karena apa. Bisa jadi karena olahraga, kan? Nah, kalau dia pekerja seks komersial, masak mau diterima di kepolisian?" katanya. (Baca: Polri: Bukan Tes Keperawanan, tapi Tes Kesehatan)

PERSIANA GALIH




Berita Terpopuler Lainnya
Organda Naikkan Tarif Angkutan 30 Persen Besok
Kaesang Jokowi Pun Ingin ke Taman Jomblo
Baru Kembali Latihan, Sturridge Cedera Lagi
Pidato Jokowi di APEC Dilagukan, I'am Happy




Berita terkait

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

7 jam lalu

Soal Alat Sadap IMSI Catcher di Indonesia, Ini Kata Bos Polus Tech

Bos Polus Tech mengakui kesulitan untuk mengawasi penggunaan alat sadap oleh pembeli.

Baca Selengkapnya

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

9 jam lalu

TPNPB-OPM Tanggapi Rencana TNI-Polri Kerahkan Pasukan Tambahan di Intan Jaya

Menurut Sebby Sambom, penambahan pasukan itu tak memengaruhi sikap TPNPB-OPM.

Baca Selengkapnya

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

21 jam lalu

Cara Kerja Teknologi Pengintai Asal Israel yang Masuk Indonesia: Palsukan Situs Berita

Sejumlah perusahaan asal Israel diduga menjual teknologi pengintaian atau spyware ke Indonesia. Terungkap dalam investigasi gabungan Tempo dkk

Baca Selengkapnya

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

1 hari lalu

Kanada Tuntut Tiga Tersangka Pembunuhan Pemimpin Sikh, Diduga Terkait India

Polisi Kanada pada Jumat menangkap dan mendakwa tiga pria India atas pembunuhan pemimpin separatis Sikh Hardeep Singh Nijjar tahun lalu.

Baca Selengkapnya

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

1 hari lalu

Amnesty International Kecam Polisi Masuk ke dalam Kampus dan Menangkap Mahasiswa di Makassar

Amnesty International kecam kekerasan polisi di dua kampus di Makassar saat Hari Buruh Internasional dan Hari Pendidikan Nasional.

Baca Selengkapnya

Polisi Diduga Tabrak Pengendara Motor Hingga Tewas, Laporan Keluarga Korban Sempat Diabaikan Polres Bogor

1 hari lalu

Polisi Diduga Tabrak Pengendara Motor Hingga Tewas, Laporan Keluarga Korban Sempat Diabaikan Polres Bogor

Keluarga korban sempat mendapat perlakuan tidak enak dari pelaku yang seorang polisi berpangkat Bripda. Polres Bogor disebut telah olah TKP.

Baca Selengkapnya

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

1 hari lalu

Syarat Penerimaan Polri Lengkap 2024 dan Cara Daftarnya

Berikut ini syarat penerimaan SIPSS, Taruna Akpol, Bintara, dan Tamtama Polri 2024 serta tata cara pendaftarannya yang perlu diketahui.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

2 hari lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

2 hari lalu

Investigasi Tempo dan Amnesty International: Produk Spyware Israel Dijual ke Indonesia

Investigasi Amnesty International dan Tempo menemukan produk spyware dan pengawasan Israel yang sangat invasif diimpor dan disebarkan di Indonesia.

Baca Selengkapnya