Foto mendiang Sumarti Ningsih, TKW korban mutilasi di Hongkong, yang tersimpan di rumahnya di Desa Gandrungmangu, Cilacap, Jateng, Senin 3 November 2014. ANTARA/Idhad Zakaria
TEMPO.CO, Cilacap: Kepala Dusun Kebanaran, Desa Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Masturoh, mengatakan tenaga kerja Indonesia yang dibunuh di Hong Kong, Sumarti Ningsih, sempat mengirim uang Rp 180 juta ke ibunya sebelum dibunuh. "Biasanya tiap bulan (Sumarti) kirim Rp 2-3 juta," kata Masturoh, Selasa, 4 November 2014.
Sumarti ditemukan tewas dimutilasi oleh Rurik Jutting, seorang bankir Inggris di Hong Kong. Sumarti dibunuh secara sadis bersama Jesse Lorena Ruri, seorang korban berkewarganegaraan Filipina. Rurik Jutting sendiri disebut sering menggunakan flatnya untuk pesta obat terlarang dengan sejumlah pekerja seks komersial. (Baca: PSK Indonesia Dibunuh di Apartemen Mewah Hong Kong)
Menurut Masturoh, uang tersebut dikirim pada 22 Oktober seperti tercatat dalam buku rekening ibu Sumarti. Masturoh mengatakan uang tersebut merupakan yang terakhir dikirim Sumarti. (Baca juga: TKI Dibunuh di Hong Kong Mestinya Sudah Pulang)
Orang tua Sumarti, Ahmad Kaliman dan Suratmi, tinggal Desa Gandrungmangu, Kecamatan Gandrungmangu, Cilacap, Jawa Tengah. Pada Selasa, staf Direktorat Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Bantuan Hukum Kementerian Luar Negeri, Tumirin, mendatangi rumah orang tua Sumarti. (Baca juga: Menlu Kirim Tim Identifikasi Mayat WNI di Dalam Koper)
Tumirin mengatakan Kementerian Luar Negeri mengawal kasus pembunuhan Sumarti hingga tuntas. “Kedatangan kami ke sini untuk mendengar permintaan dari keluarga korban,” kata Tumiri.