Formappi Minta Para Ketum Parpol Urus DPR

Reporter

Editor

Budi Riza

Jumat, 31 Oktober 2014 20:01 WIB

Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Fadli Zon (kedua kiri) berfoto bersama Pimpinan Komisi I terpilih Mahfudz Siddiq (keempat kiri) usai mengikuti sidang pemilihan ketua komisi I di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Selatan, Rabu, 29 Oktober 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia, Lucius Karus, mengatakan pertemuan sejumlah elit partai Koalisi Prabowo dengan Koalisi Jokowi tidak berdampak signifikan meredakan konflik di Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Lucius, pertemuan itu hanyalah sebatas seremonial saja.

"Beberapa pertemuan itu kan hanya istilahnya formalitas, tapi tetap saja Koalisi Prabowo mempunyai visi dan misinya, yaitu menguasai parlemen," kata Lucius, usai sebuah diskusi, di Matraman, Jakarta Pusat, Jumat, 31 Oktober 2014. "Jadi sama sekali tidak berpengaruh."

Menurut Lucius, satu-satunya cara meredakan konflik di parlemen adalah diadakannya pertemuan antarketua umum partai politik di dua kubu. Artinya, seluruh ketua umum harus mengadakan rapat secara besar-besaran untuk menyelesaikan konflik di DPR.

Nantinya, kata Lucius, diharapkan dalam pertemuan antarketua umum itu ada lobi-lobi politik yang dapat meredakan kekisruhan di parlemen. (Baca; DPR Terbelah, Puan: Kita Saling Mengalah Dulu )

"Sebab permasalahannya ini sudah rumit dan harus ada ketua masing-masing partai untuk menyelesaikannya." (Baca: MA Tolak Lantik Pimpinan DPR Tandingan)

Lucius menilai situasi politik saat ini sudah tidak terkendali. Musababnya, ada dua kubu yang saling menaruh kepentingan. Yaitu kubu yang sudah menang di pemerintahan dan meminta jatah alat kelengkapan di parlemen secara proporsional serta satu kubu lainnnya yang terobsesi ingin mengisi semua jabatan di parlemen.

"Semacam ada tarik menarik," kata Lucius. "Figur Jokowi dan JK pun sulit untuk mendamaikan konflik di parlemen, jadi harus langsung ketua umum partai masing-pasing kubu yang mengademkan suasana agar tidak terjadi lagi semacam ini." (Baca: Koalisi Prabowo Tak Terima Undangan Paripurna DPR)

Saat ini, kekisruhan di DPR kembali berlanjut. Partai-partai yang tergabung dalam Koalisi Jokowi membuat pimpinan DPR tandingan untuk memilih pimpinan alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat. Mereka juga meminta Presiden Joko Widodo mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang MPR, DPR, DPD, DPRD.

Pimpinan DPR tandingan dibentuk sebagai bentuk mosi tidak percaya kepada pimpinan DPR yang dikuasai politikus dari Koalisi Prabowo. Mereka berkeinginan untuk menguasai pimpinan komisi di DPR, yang terdiri atas sekitar 64 kursi ketua dan wakil ketua.

REZA ADITYA






Berita Terpopuler
Foto Porno Ini Bikin Penghina Jokowi Ditangkap
Cerita Susi Ngotot Pakai Helikopter ke Seminar
Andi Widjajanto Ditunjuk Jadi Sekretaris Kabinet

Advertising
Advertising

Berita terkait

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

1 hari lalu

Ketahui 3 Aturan Baru Tentang Kepala Desa Dalam UU Desa

Pemerintah akhirnya mengesahkan UU Desa terbaru yang telah diteken Jokowi dan diwacanakan perubahannya sejak Mei 2022. Apa saja aturan barunya?

Baca Selengkapnya

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

1 hari lalu

Permintaan Tambah Masa Jabatan Kepala Desa Dikabulkan, Kok Bisa?

Permintaan para kepala desa agar masa jabatannya ditambah akhirnya dikabulkan pemerintah. Samakah hasilnya dengan UU Desa?

Baca Selengkapnya

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

1 hari lalu

DPR Agendakan Rapat Evaluasi Pemilu 2024 dengan KPU pada 15 Mei

KPU sebelumnya tidak menghadiri undangan rapat Komisi II DPR karena bertepatan dengan masa agenda sidang sengketa Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

2 hari lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

3 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

4 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

4 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

4 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

5 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

6 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya