Walikota Surabaya, Tri Rismaharini berfoto bersama Muslimah dan karya lukisannya dalam pembukaan pameran Lukisan BELIEVE 2-Enlightenment di Perpustakaan BI, Surabaya, 17 Agustus 2014. TEMPO/Fully Syafi
TEMPO.CO, Surabaya - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengingatkan generasi muda perihal penjajahan model baru yang berwujud ekonomi dan kebodohan. "Sekarang ini yang harus dilawan adalah kemiskinan dan kebodohan," kata Risma kala ditemui wartawan seusai upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Balai Kota Surabaya, Selasa, 28 Oktober 2014.
Jika Sumpah Pemuda 1928 digagas untuk melawan penjajah, maka sekarang ini para pemuda harus melawan kemiskinan dan kebodohan. Dua hal itulah yang menjadi bentuk penjajahan baru.
Risma juga menyayangkan fanatisme generasi muda yang justru memecah belah bangsa. Risma mencontohkan Bonek yang seringkali memelihara dendam meski pertandingan bola telah selesai. "Kenapa harus berantem dalam satu negara, dengan Arema, Jakmania?" (Baca: Gagal Hadang Arema, 25 Orang Diamankan Polisi)
Mantan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya ini sebenarnya memahami tujuan Bonek. Sama seperti Che Guavara, Bonek juga mempunya semangat perlawanan dan sesuatu yang mereka banggakan.
Namun, Risma berharap mereka bisa merenungkan arti perjuangan para pahlawan yang saat itu ingin mempersatukan bangsa Indonesia. "Bangsa ini harus bersatu. Kalau tidak bisa dijajah kembali," ucapnya.
Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris
18 hari lalu
Mensos Risma dan Dubes Mohamad Oemar Berlebaran di KBRI Paris
Lebaran di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Paris tahun ini dihadiri sedikitnya 150 orang Diaspora dan Warga Bangsa yang kuliah maupun bekerja dan tinggal di sekitaran Perancis.