Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Suryadharma Ali (tengah) bersama Ketua Majelis Syariah PPP KH Maimun Zubair (kanan) dan sejumlah pengurus PPP dalam doa bersama Rapat Pleno PPP di kantor DPP PPP, Jakarta Pusat, Selasa (22/4). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Jakarta - Majelis Syariah Partai Persatuan Pembangunan mengagendakan forum muktamar akhir bulan ini. Ketua fraksi PPP Hasrul Azwar menjelaskan, muktamar ini digelar sebagai forum islah kedua kubu yang masih bersitegang.
Hasrul menjelaskan, muktamar akan digelar di Rembang, Jawa Tengah pada tanggal 30 Oktober 2014. Ketua Majelis Syariah, Maimoem Zubair, pengundang acara tersebut, telah menunjuk Ahmad Ferial sebagai ketua pelaksana. "Laporan pertanggungjawaban, penyusunan program, dan pemilihan ketua akan diputuskan kembali."
Ketegangan di partai berlambang ka'bah melahirkan dualisme kepemimpinan setelah Sekretaris Jenderal Romahurmuziy menggelar Muktamar di Surabaya pada tanggal 15 Oktober lalu. (Baca: Muktamar Islah PPP Diundur Hingga 30 Oktober)
Agenda itu bersebrangan dengan keputusan Ketua Umum PPP, Suryadharma Ali, yang mengagendakan muktamar pada tanggal 23 Oktober di Jakarta.
Konflik antar keduanya berawal dari sikap SDA yang mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Keputusan itu dinilai tidak sejalan dengan rekomendasi rapat kerja nasional yang menominasikan pencalonan Joko Widodo. Perbedaan sikap itu diselesaikan SDA dengan memecat sejumlah kader yang berseberangan.
Konflik antar keduanya sempat mereda setelah Majelis Syariah memulihkan keadaan. Namun kembali memanas setelah kubu Romi memecat SDA, yang terjerat kasus korupsi dana haji. Upaya penyelesaian Mahkamah Partai tidak membuat keduanya berubah sikap. Muktamar Surabaya terus berjalan dan menetapkan Romi sebagai Ketua Umum.
Menurut Hasrul, Muktamar Surabaya miliki cacat dari sisi aturan organisasi lantaran tidak mengindahkan keputusan Mahkamah Partai. Sebab, pada tanggal 11 Oktober lalu, mahkamah meminta kedua kubu berdamai agar bisa menggelar muktamar bersama dalam waktu sepekan. "Nyatanya tidak ada islah," kata Azwar.