Jumlah Komisi DPR Dimekarkan, Tantowi: Agar Fokus

Reporter

Editor

Budi Riza

Senin, 13 Oktober 2014 12:41 WIB

Kiri-kanan: Ketum PPP Suryadharma Ali, Ketum PAN Hatta Rajasa, Ketua Dewan Pembina Gerindra Prabowo Subianto, Ketum Partai Golkar Aburizal Bakrie, dalam pembekalan anggota DPR 2014-2019 Koalisi Merah Putih, di Jakarta, 26 September 2014. TEMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara koalisi pro-Prabowo, Tantowi Yahya, mengatakan partai-partai yang bergabung dalam koalisinya bersepakat menghendaki adanya pemekaran alat kelengkapan Dewan Perwakilan Rakyat.

Ini berarti ada kemungkinan penambahan jumlah komisi di DPR. Musababnya, kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golongan Karya ini, penambahan jumlah komisi tersebut untuk efektivitas pengawasan dan legislasi di parlemen.

Tantowi mencontohkan, para anggota Komisi I harus memiliki pemahaman soal pertahanan, intelijen, politik luar negeri, dan penyiaran. (Baca: Situasi Banggar DPR Diprediksi Bakal Panas)

"Sulit mencari anggota yang bisa memahami empat cakupan kerja komisi yang begitu luas," kata Tantowi di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin, 13 Oktober 2014. "Jadi, ini bukan masalah waktu beradaptasi untuk anggota DPR dengan bidang kerjanya."

Tantowi menginginkan Komisi Pertahanan setidaknya dipecah menjadi dua, yakni komisi yang membidangi politik luar negeri, pertahanan, dan intelijen serta yang membidangi informasi terkait dengan penyiaran dan telekomunikasi. (Baca: Analis: Kunci Jaga Investasi, DPR-Pemerintah Akur)

Namun, untuk total berapa komisi yang akan dimekarkan, Tantowi bergeming. "Belum kami tentukan, masih dibahas internal dulu." Saat ini ada sebelas jumlah komisi di DPR.

Sebelumnya, partai anggota koalisi pro-Jokowi menilai pemekaran komisi di DPR hanya untuk membagi-bagi jabatan. (Baca: PPP Dapat Jatah 2 Ketua Komisi di DPR)

Sekretaris Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat Saleh Husin menganggap pemekaran komisi harus dipikirkan secara matang. "Agar tidak ada kesan hanya ingin mencari kekuasaan," kata Saleh.

Menurut Saleh, jumlah komisi di DPR saat ini sudah cukup dan ideal untuk mengawasi jalannya pemerintahan.

MUHAMMAD MUHYIDDIN

Berita Lain
Golkar Gabung Pemerintah,Fadel Kasihan Pada Jokowi
PAN dan PPP Siap Beri Kursi ke Koalisi Jokowi
Perahu TNI AL Terbalik di NTT, Tiga Tewas
Ini Tokoh Dunia yang Pernah Temui Jokowi

Berita terkait

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

11 jam lalu

Amnesty Desak DPR dan Pemerintah Buat Aturan Ketat Impor Spyware

Amnesty mendesak DPR dan pemerintah membuat peraturan ketat terhadap spyware yang sangat invasif dan dipakai untuk melanggar HAM

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

1 hari lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

2 hari lalu

Said Iqbal Yakin Partai Buruh Masuk Senayan pada Pemilu 2029

Presiden Partai Buruh Said Iqbal menyakini partainya masuk ke Senayan pada pemilu 2029 mendatang.

Baca Selengkapnya

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

2 hari lalu

KPK Geledah Gedung Setjen DPR, Simak 5 Poin tentang Kasus Ini

KPK melanjutkan penyelidikan kasus dugaan korupsi pengadaan sarana kelengkapan rumah jabatan anggota DPR RI tahun anggaran 2020

Baca Selengkapnya

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

2 hari lalu

Reaksi DPR Soal Arab Saudi Izinkan Pemegang Semua Jenis Visa Lakukan Umrah

DPR menyatakan kebijakan Arab Saudi bertolak belakang dengan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.

Baca Selengkapnya

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

3 hari lalu

Ditolak Partai Gelora untuk Gabung Kubu Prabowo, PKS Tak Masalah Jadi Koalisi atau Oposisi

Partai Gelora menyebut PKS selalu menyerang Prabowo-Gibran selama kampanye Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

4 hari lalu

Gerindra Klaim Suaranya di Papua Tengah Dirampok

Gerindra menggugat di MK, karena perolehan suaranya di DPR RI dapil Papua Tengah menghilang.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

4 hari lalu

Peneliti BRIN Bilang Oposisi Tetap Dibutuhkan di Pemerintahan Prabowo-Gibran, Ini Alasannya

PKS belum membuat keputusan resmi akan bergabung dengan pemerintahan Prabowo atau menjadi oposisi.

Baca Selengkapnya

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

7 hari lalu

BMTH Harus Beri Manfaat Besar Bagi Masyarakat Bali

Proyek Bali Maritime Tourism Hub (BMTH) yang sedang dibangun di Pelabuhan Benoa, Bali, harus memberi manfaat yang besar bagi masyarakat Bali.

Baca Selengkapnya

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

7 hari lalu

MK Gelar Sidang Perdana Sengketa Pileg pada Senin 29 April 2024, Ini Tahapannya

Bawaslu minta jajarannya menyiapkan alat bukti dan kematangan mental menghadapi sidang sengketa Pileg di MK.

Baca Selengkapnya