(ki-ka) Politisi Golkar, Setya Novanto, Ketua HarianDemokrat, Syarif Hasan, Capres Prabowo Subianto, Ketua Fraksi Demokrat Nurhayati Ali Assegaf, Wakil Ketua DPR dari Golkar, Priyo Budi Santoso dan Wakil Ketua Umum Demokrat,Max Sopacua dalam acara deklarasi dukungan anggota DPR RI Partai Demokrat untuk Prabowo-Hatta di Hotel Crowne, Jakarta, (16/6). TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO, Kupang - Direktur Novanto Center Muhamad Ansor angkat bicara soal penolakan anggota masyarakat terhadap Setya Novanto sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Saat mencalonkan kembali menjadi anggota DPR, Setya juga ditolak sebagian masyarakat NTT.
"Aksi penolakan ini bukan baru sekarang, sudah dari dulu. Bahkan dari internal saja ada," kata Ansor kepada Tempo, Jumat, 3 Oktober 2014. Pada Kamis lalu, Persatuan Mahasiswa Anti-Korupsi Indonesia berunjuk rasa di Komisi Pemberantasan Korupsi menuntut pengusutan berbagai kasus yang menjerat Setya.
Setya terpilih menjadi Ketua DPR periode 2014-2019 dalam sidang DPR pada Kamis lalu. Setya berasal dari daerah pemilihan NTT 2, meliputi Pulau Timor, Rote, Sabu, dan Sumba. Di daerah itu, Setya memiliki banyak aset di daerah itu. (Baca: SetyaNovanto cs Jadi Pimpinan DPR, PDIP Kalah 2-0)
Setelah terpilih menjadi anggota DPR mewakili masyarakat NTT dari Partai Golkar pada 2009, Setya membangun sejumlah asetnya di NTT, seperti kantor Novanto Center yang cukup megah di wilayah Kelapa Lima, Kota Kupang. (Baca juga: Gurita Bisnis Setya Novanto di NTT)
Menurut Ansor, bisnis Setya Novanto yang dikelola Novanto Center yakni tenun ikat, pengembangan sorgum, pembibitan sapi, pertambangan, garam industri, hotel di Labuan Bajo, dan pembangkit listrik tenaga uap di Desa Bolok.