Koalisi Prabowo Revisi UU KPK, ICW: Kebablasan

Reporter

Selasa, 30 September 2014 16:10 WIB

Suryadharma Ali (kanan) bersama Prabowo Subianto (kiri) berjabat tangan sebelum menggelar jumpa pers di kantor DPP PPP, Jakarta Pusat (18/4). TEMPO/Dhemas Reviyanto

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia Corruption Watch menilai gagasan koalisi partai-partai pendukung Prabowo Subianto merevisi undang-undang tentang Komisi Pemberantasan Korupsi tak tepat. "Mereka sudah kebablasan. Melawan arus keinginan publik," kata peneliti ICW, Donal Fariz, ketika dihubungi, Selasa, 30 September 2014.

Menurut dia, revisi beleid bukan merupakan satu-satunya jalan untuk memberbaiki KPK. Donal menyarankan para anggota DPR itu menentukan anggaran yang maksimal bila serius hendak memperbaiki kinerja komisi antirasuah.

"Kalau melacak tingkah koalisi selama pasca-pemilu, kami sangat mencurigai agenda revisi ini adalah memperlemah KPK," kata Donal. Menurut dia, agenda ini bisa dilacak dari pengesahan Undang-Undang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) serta Undang-Undang Pilkada lalu.

Alasannya, ujar dia, banyak petinggi partai anggota koalisi penyokong Prabowo-Hatta Rajasa yang bermasalah dengan hukum. Misalnya, Ketua Umum PPP Suryadharma Ali yang telah ditetapkan KPK sebagai tersangka kasus dugaan korupsi penyelenggaraan ibadah haji tahun 2012-2013. Contoh lainnya adalah Ketua Umum Partai Bulan Bintang M.S. Kaban, yang kerap diseret-seret dalam kasus dugaan korupsi sistem radio komunikasi terpadu di Kementerian Kehutanan.(Baca: Suryadharma Ali Akhirnya Jadi Tersangka)

Karena itu, dia menyarankan presiden terpilih Joko Widodo muncul sebagai penyeimbang. "Jokowi punya separuh kewenangan legislasi. Kalau pemerintah tidak mau, maka pembahasan revisi undang-undang tidak dilanjutkan," ujar Donal. Menurut dia, Jokowi harus memastikan pejabat Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia nanti tidak terafiliasi dengan partai politik tertentu. "Menteri Hukum harus jadi pelindung Jokowi dari praktek impeachment. Jadi (Jokowi) harus memastikan orang-orang itu benar-benar berkualitas," ujarnya. (Baca: KPK Cegah 6 Anggota DPR Terkait Suryadharma Ali)

Sebelumnya, partai-partai koalisi pendukung Prabowo berencana mengubah Undang-Undang KPK setelah pekan lalu bisa meloloskan mekanisme pemilihan kepala daerah oleh DPRD. Target revisi beleid tersebut sudah disepakati oleh seluruh partai pendukung Prabowo. Mereka berkomitmen memperbaiki "kelemahan-kelemahan" dalam perundangan tersebut. Keberhasilan koalisi Prabowo-Hatta dalam meloloskan revisi UU Pilkada membuat mereka jemawa. Mereka optimistis UU KPK bisa diubah dan akan berfokus pada pengawasan internal KPK.


LINDA TRIANITA




Baca juga:
Kaka Jadi Pemain Termahal di Amerika Serikat
Bocah Pengidap Kanker Dipingpong Rumah Sakit
Ancam Perkosa Legislator via Twitter, Pria Dibui
Berapa Jumlah Seluruh Danau di Bumi?

Berita terkait

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

26 menit lalu

Beredar SPDP Korupsi di Boyolali Jawa Tengah, Ini Klarifikasi KPK

Surat berlogo dan bersetempel KPK tentang penyidikan korupsi di Boyolali ini diketahui beredar sejumlah media online sejak awal 2024.

Baca Selengkapnya

Pemkot Surabaya Raih Nilai 97 Persen Percepatan Pencegahan Korupsi

56 menit lalu

Pemkot Surabaya Raih Nilai 97 Persen Percepatan Pencegahan Korupsi

Nilai capaian MCP Pemkot Surabaya di atas nilai rata-rata Provinsi Jatim maupun nasional.

Baca Selengkapnya

Syahrul Yasin Limpo Kerap Minta Bayar Tagihan Kacamata hingga Parfum ke Biro Umum Kementan

1 hari lalu

Syahrul Yasin Limpo Kerap Minta Bayar Tagihan Kacamata hingga Parfum ke Biro Umum Kementan

Syahrul Yasin Limpo saat menjabat Menteri Pertanian kerap meminta pegawai Kementan untuk membayar berbagai tagihan, termasuk untuk kacamata.

Baca Selengkapnya

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

1 hari lalu

Sidang Syahrul Yasin Limpo, KPK Hadirkan 4 Saksi

Tim Jaksa KPK menghadirkan empat saksi pada sidang lanjutan bekas Menteri Pertanian (Kementan) Syahrul Yasin Limpo (SYL)

Baca Selengkapnya

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

1 hari lalu

Ribuan Pendukung Desak Perdana Menteri Spanyol Tidak Mundur dari Jabatan

Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez mengumumkan akan mundur setelah pengadilan meluncurkan penyelidikan korupsi terhadap istrinya.

Baca Selengkapnya

Ketua Partai Patriot dari Prancis Curiga Bantuan untuk Ukraina Dikorupsi

2 hari lalu

Ketua Partai Patriot dari Prancis Curiga Bantuan untuk Ukraina Dikorupsi

Florian Philippot Ketua Partai Patriot dari Prancis menyebut sebagian besar bantuan dari negara - negara Barat digelapkan oleh pejabat-pejabat Ukraina

Baca Selengkapnya

Deretan Mobil Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung, dari Rolls Royce sampai Ferrari

3 hari lalu

Deretan Mobil Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung, dari Rolls Royce sampai Ferrari

Berikut sederet mobil Harvey Moeis yang telah disita Kejaksaan Agung.

Baca Selengkapnya

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

4 hari lalu

Laporan Dugaan Korupsi Impor Emas oleh Eko Darmanto Masih Ditindaklanjuti Dumas KPK

Kepala Bagian Pemberitaan KPK Ali Fikri, mengatakan laporan yang disampaikan bekas Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, masih ditindaklanjuti.

Baca Selengkapnya

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

4 hari lalu

Menteri Pertanian Ukraina Ditahan atas Dugaan Korupsi

Menteri Pertanian Ukraina Mykola Solsky ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka resmi dalam penyelidikan korupsi bernilai jutaan dolar

Baca Selengkapnya

KPK Sita Aset Milik Bekas Bupati Labuhanbatu Erik Atrada Ritonga

4 hari lalu

KPK Sita Aset Milik Bekas Bupati Labuhanbatu Erik Atrada Ritonga

KPK menyita aset yang diduga milik bekas Bupati Labuhanbatu, Erik Atrada Ritonga, di Kota Medan

Baca Selengkapnya