Sekjen Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) Yuna Farhan (kanan) dan Koordinator Advokasi & Investigasi FITRA Uchok Sky Khadafi saat jumpa pers mengenai anggaran perjalanan luar negeri lembaga negara di Jakarta. ANTARA/Fanny Octavianus
TEMPO.CO,Jakarta - Manajer Knowledge Manajemen Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Seknas FITRA), Hadi Suprayitno, mengatakan anggaran perjalanan dinas dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2015 di luar kewajaran. Menurut dia, anggaran perjalanan dinas ideal tak mencapai Rp 10 triliun.
Ia mengatakan, pada prinsipnya, anggaran perjalanan dinas dalam APBN digunakan secara maksimal untuk menopang kinerja pemerintah. "Anggaran yang tak jelas peruntukannya bersifat inkonstitusional," ujarnya. Selain itu, kata Hadi, pemanfaatan anggaran harus memiliki tolok ukur yang jelas.
Hadi mengatakan FITRA menemukan kejanggalan dalam anggaran perjalanan dinas. Menurut dia, perjalanan dinas yang dilakukan setelah Agustus tidak beres. "Jika terkait dengan kinerja, porsinya lebih banyak dilakukan di awal tahun," ujar dia. (Baca:Kata Jokowi Soal Anggaran Rapat Rp 18 Triliun)
Ia mengatakan FITRA selalu menggugat perjalanan dinas yang dilakukan menjelang akhir tahun. "Peruntukannya tidak jelas dan tak menunjang kinerja kementerian menjadi lebih baik," ujarnya. FITRA, kata dia, tegas menolak perjalanan dinas yang tak dapat mempengaruhi kinerja atau memberi hasil yang dapat diukur.
Ia juga mengatakan ada kecenderungan bahwa kementerian sering mengadakan perjalanan dinas setelah Agustus. "Layak diaudit forensik oleh BPK," ujarnya. Sebab, menurut Hadi, perjalanan itu terkesan hanya sebagai proyek untuk menghabiskan anggaran.
Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah
6 jam lalu
Wamenkeu Suahasil Nazara Soroti 3 Faktor Penting dalam Ekonomi RI, Suku Bunga hingga Kurs Rupiah
Wamenkeu Suahasil Nazara menyoroti tiga faktor yang menjadi perhatian dalam perekonomian Indonesia saat ini. Mulai dari suku bunga yang tinggi, harga komoditas, hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.