Antrian jerigen kosong yang menunggu giliran untuk di isi air bersih bantuan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di Desa Wonorejo, Malang, Jawa Timur (6/8). Pemkab Malang melalui BPBD membantu 10 ribu liter air bersih untuk desa Wonorejo, karena sumur mengalami kekeringan. TEMPO/Aris Novia Hidayat
TEMPO.CO, Jakarta -- Ratusan warga di Kelurahan Oesao, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), terpaksa mengkonsumsi air kali karena kekeringan yang melanda wilayah itu sebulan terakhir ini. "Sumur kami telah kering," kata Mariana Radja, warga Oesao, kepada wartawan, Jumat, 12 September 2014. (Baca:Ribuan Hektare Sawah di Indramayu Kekeringan)
Menurut dia, hampir semua sumur warga di daerah itu kering karena hujan tidak turun beberapa bulan terakhir ini. Untuk mendapatkan air bersih, warga harus membuat lubang resapan air di tepi kali dengan menggunakan ember plastik yang bagian bawahnya dilubangi. "Air hasil resapan itu akan diambil pada pagi atau sore," katanya.
Selain itu, warga harus berjalan kaki sekitar dua kilometer untuk memperoleh air bersih di kali. Air itu digunakan untuk memasak dan mandi. Kalau cuci biasa di kali," katanya. (Baca:Kekeringan, Warga Purbalingga Beli Air Bersih)
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, hampir seluruh kabupaten/kota mengalami kekeringan. Dari 22 kabupaten/kota sebanyak 17 kabupaten mengalami kekeringan dengan kategori tinggi, sedangkan lima kabupaten kategori rendah. "Ada 17 kabupaten yang mengalami kekeringan cukup parah," kata Kepala BPBD NTT Tini Thadeus.