Hotspot di Sumatera Selatan Terus Bertambah

Reporter

Sabtu, 6 September 2014 20:50 WIB

Sejumlah pengendara menerobos kabut asap yang menyelimuti jalan di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah yang berjarak pandang berkisar antara 70-150 meter pada pagi hari Minggu (2/9). ANTARA/Untung Setiawan

TEMPO.CO, Palembang - Hotspot atau titik panas di Sumatera Selatan cenderung mengalami peningkatan. Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Pengendalian Kebakaran Lahan dan Hutan (PKLH) Dinas Kehutanan Sumatera Selatan mencatat terdapat 36 titik panas. Sehari sebelumnya, UPTD PKLH mencatat hanya ada 11 hotspot. Akibatnya, udara di Kota Palembang menjadi kotor dan berbahaya jika dihirup oleh manusia.

Kepala UPTD PKLH Dinas Kehutanan Sumatera Selatan Achmad Taufik menjelaskan titik panas banyak terdapat di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) yakni 10 titik. Sementara di Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan terdata 8 titik panas. Selanjutnya titik panas juga terdeteksi sebanyak 5 di Musi Rawas Utara, 5 di Muara Enim, Musi Rawas, 4 di Musi Banyuasin, dan 3 di Lahat. "Ada peningkatan dibandingkan kemarin," kata Achmad, Sabtu, 6 September 2014. (Baca: Kabut Asap, Jarak Pandang di Kalteng 300 Meter)

Dia menambahkan pihaknya kembali menggiatkan patroli udara untuk memantau titik panas dan titik api. Dua unit helikopter disiapkan untuk melakukan pemadaman di wilayah OKI, OKU, serta Banyuasin. "Dari pagi tadi sampai sore ini dua heli ini masih melakukan pemantauan dan pemadaman." (Baca: Kebakaran Ganggu Penerbangan di Dua Bandara)

Kebakaran lahan dan hutan di sekitar Kota Palembang seperti di kawasan Ogan Ilir dan Ogan Ilir, berakibat udara di Palembang beraroma sangit. Selain itu mata sebagian warga juga terasa perih. Kondisi ini sudah berlangsung dalam sepekan terakhir ini. Edi Prima, warga yang bermukim di Kompleks Talang Kelapa mengaku merasakan sangit itu di pagi hari dan sore hari. "Biasanya mata juga perih apalagi di waktu mengendarai sepeda motor," kata Edi.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Palembang Anton Suwindro belum dapat menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari kebakaran lahan dan hutan bagi warganya secara detail. Namun menurutnya, penderita ISPA dipastikan akan meningkat jika hujan tidak juga turun dalam waktu dekat. "Sebab ISPA, salah satunya oleh kualitas udara yang tidak sehat."

PARLIZA HENDRAWAN

Berita Lain
Tiga Sebab Ini Bikin SBY Kesal pada Tim Transisi
Mercy AKBP Idha Ternyata dari Bandar Narkoba
Kurikulum 2013 Ditolak, Menteri Nuh Malah Bangga
Motorola Perbarui Moto X dan Moto G

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

18 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

43 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

46 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

48 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

48 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

49 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

53 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya