Gunungkidul Hati-hati dalam Sosialisasi PP Aborsi

Reporter

Kamis, 21 Agustus 2014 03:11 WIB

Ilustrasi aborsi. Chip Somodevilla/Getty Images

TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, memilih berhati-hati dalam menyikapi Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi yang belakangan menuai kontroversi karena mengizinkan aborsi bagi korban pemerkosaan. (Baca: Ulama Menentang PP Aborsi)

”Jika aturan harus segera diterapkan, kami siapkan strategi sosialisasi yang berbeda, tidak seperti saat ada aturan baru turun,” kata Kepala Bidang Keluarga Berencana Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan, dan Keluarga Berencana Kabupaten Gunungkidul, Wijang Eka Aswarna, kepada Tempo, Rabu, 20 Agustus 2014. (Baca: Polri Akan Sosialisasi PP Aborsi ke Polisi)

Ia menuturkan, dalam kerangka masalah pemberdayaan perempuan, aturan aborsi ini patut dicermati secara menyeluruh. “Terutama dari aspek korban,” kata dia. Sering kali korban pemerkosaan secara psikologis menolak jika terjadi kehamilan yang menimpa dirinya. (Baca: Peraturan Pemerintah Soal Aborsi Segera Terbit)

“Kalau si korban bisa menerima, tak perlu aborsi, tapi jika terjadi penolakan, sebaiknya diserahkan kembali pada keputusan korban, asalkan sesuai aturan yang akan diterapkan,” kata dia.

Wijang menuturkan, meski aturan itu masih menuai pro-kontra, pemerintah mulai menyusun langkah sosialisasi khusus. “Kami siapkan tim sosialisasi yang bisa menjangkau kelompok-kelompok kecil. Jadi, pendekatannya tidak bisa serentak agar tak bias informasi dan salah penerapan,” kata Wijang. (Baca: PP Aborsi Abaikan Proses Edukasi )

Menurut dia, sosialisasi di tingkat masyarakat pedesaan, seperti Gunungkidul, butuh proses lama. Sebab, akses informasi masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah belum begitu memadai. Apalagi aturan ini masih diperdebatkan, seperti dari segi hak asasi manusia.

“Kelompok ideal untuk pendekatan dan sosialisasi aturan seperti ini tingkatnya seperti dasawisma, agar informasi inti aturan ini ditangkap utuh,” ujar Wijang. Aktivis Lembaga Kajian dan Studi Sosial (LKDS) Gunungkidul, Aminudin Azis, menuturkan pemerintah daerah sebaiknya tak perlu buru-buru mengambil langkah, seperti sosialisasi bagi masyarakat. (Baca: Aktivis Waspadai Penyalahgunaan PP Aborsi)

Ia beralasan aturan itu saat ini tengah menjadi polemik dan didesak untuk ditinjau ulang. “Jangan dibawa keluar dulu, cukup disosialisasi di tingkat internal agar jelas segala petunjuk teknisnya seperti apa,” kata dia.

PRIBADI WICAKSONO

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi


Berita terpopuler lainnya:
Bandel, Ahok Punya Cara Jebak Uber App/Uber.com
Jokowi Ingin Makan Kerupuk, Pengawal Melarang
Prabowo Minta Ibu-ibu Siapkan Dapur Umum

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

6 jam lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

2 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

8 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

9 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

18 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

35 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

36 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

55 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya