Obat untuk Mengatasi Ebola Masih Harus Diuji Coba  

Reporter

Selasa, 19 Agustus 2014 04:25 WIB

Daun tembakau berembun di ladang Rolesville, North Carolina, Amerika, 13 Agustus 2014. Di Amerika kasus dirawat karena Ebola, pengobatannya gunakan protein yang disebut antibodi untuk membunuh virus Ebola dan sel tubuh yang terinfeksi. (AP/Allen G. Breed)

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan saat ini uji coba obat ebola sedang dilakukan di Amerika. "Dilakukan kepada dua warga Amerika yang terjangkit ebola," kata Tjandra saat dihubungi Tempo, Senin, 18 Agustus 2014. (Baca: WHO: Wabah Ebola Tak Menyebar Lewat Udara)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan status darurat kesehatan internasional atas penyebaran virus ebola yang ada di Afrika bagian barat. Tiga negara menjadi perhatian utama yang sudah terjangkit ebola, yaitu Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Pekan lalu, WHO kembali mengumumkan Nigeria menjadi negara keempat yang terkena wabah mematikan itu. (Baca: Cegah Ebola, Kenya Tutup Perbatasan)

Tjandra menuturkan obat penangkal ebola didapat dari zat ZMAPP, yang dimasukkan ke dalam daun nikotiana. Di dalam daun tersebut, zat ini akan menghasilkan suatu zat lain yang mengandung protein. "Jadi, obatnya bukan daun tembakau," tutur Tjandra. "Tapi daun dipakai sebagai wadah untuk zat ZMAPP berproses lagi," ujarnya. (Baca: Kanada Beri Seribu Vaksin Ebola ke WHO)

Zat yang dihasilkan sudah diuji coba kepada hewan dan hasilnya baik, tanpa ada gejala lain yang muncul. Setelah itu, zat tersebut diberikan kepada dua pasien yang terjangkit ebola di Amerika. "Sampai saat ini, kabarnya kondisi mereka membaik," kata Tjandra.

Namun, tutur Tjandra, kondisi pasien yang membaik tidak dapat langsung disimpulkan berkat obat temuan tersebut. "Bisa saja karena faktor lain," ujarnya. "Penelitian harus terus-menerus dilakukan." (Baca: Bandara Soekarno-Hatta Waspadai Ebola)

Pemberian obat ini sempat menuai pro dan kontra karena sebelumnya penangkal ebola tersebut hanya diuji coba pada hewan. Karena itu, WHO telah melakukan pertemuan untuk membahas etika pemberian obat tersebut.

Hasil pertemuan tersebut menyimpulkan pemberian obat akan diberikan apabila ada persetujuan dari keluarga. "Tidak boleh ada paksaan," tuturnya. Tjandra berharap obat ini benar-benar mampu mengobati pasien ebola. "Semoga, sehingga wabah tidak meluas." (Baca: Biar Terhindar dari Ebola, Ikuti Saran Ini)

ODELIA SINAGA

Berita Terpopuler:
Cara Kristiani Tangkal ISIS di Media Sosial
Amerika Diguncang Kerusuhan Berbau Rasis
Para Koruptor Pesta Remisi
Jokowi Emoh Hidup di Menara Gading

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

6 jam lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

2 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

5 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

8 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

9 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

18 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

35 hari lalu

3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

36 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

55 hari lalu

Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.

Baca Selengkapnya

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.

Baca Selengkapnya