TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu guru Sekolah Dasar Negeri (SDN) Menteng 01 Jakarta, Marmi, mengatakan sistem Kurikulum 2013 menjadikan murid lebih aktif dan kreatif. Namun, sekaligus menuntut kerja guru lebih keras. Salah satunya berkaitan dengan sistem penilaian. "Harus ada deskripsinya. Butuh waktu yang lama dan lebih ribet," kata dia kepada Tempo, di SDN Menteng 01 Jakarta, Jumat, 15 Agustus 2014. (Baca: Kurikulum 2013, Siswa Ogah Sekolah Hari Sabtu)
Selain itu, butuh banyak alat peraga dalam mengaplikasikan kurikulum tersebut. Sayangnya, tak semua peraga dimiliki oleh sekolah. Menurut Marmi, butuh waktu lebih untuk menyelesaikan satu sub-tema buku pelajaran. "Sekarang, kan, dituntut satu pekan selesai untuk satu sub-tema. Padahal, bisa lebih dari itu," ujar guru kelas empat tersebut. (Baca: Tak Ada Buku Pelajaran, Guru NTT Mengajar Pakai CD)
Pernyataan serupa juga diungkapkan oleh Nuryati, guru kelas satu. Kelebihan dari Kurikulum 2013, kata dia, menuntut siswa dan guru semakin aktif. Siswa aktif dalam proses belajar, sedangkan guru harus bekerja lebih keras untuk mengimbanginya. "Makanya ada workshop internal di setiap pekan. Tujuannya untuk meng-upgrade kualitas pengajar beserta evaluasinya," ujar Nuryati. (Baca juga: Teriaki Jokowi, Pelajar Minta Sabtu Tetap Libur)
Tak ada kendala yang berarti dalam penerapan sistem baru ini. Hanya saja, buku ajar yang menjadi kebutuhan primer terlambat datang. Akibatnya, untuk sementara waktu sekolah harus mencetak dan memfotokopi sendiri. "Kalau sampai dua minggu ke depan buku juga belum datang, anak-anak mau belajar pakai apa?" kata Kepala Sekolah SDN Menteng 01 Jakarta, Akhmad Solikhin.
DEWI SUCI RAHAYU
Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi
Berita terpopuler lainnya:
Ketua Gerindra Laporkan Metro TV, Detik, dan Tempo
Jokowi: Wajar Ada Beda Pendapat Soal Hendropriyono
Rumah Novela Dirusak karena Apa?
Berita terkait
Jawab Permendikbud yang Baru, Kepala Pusdiklat Kwarnas: Pembinaan Pramuka Tetap Kuat
29 hari lalu
Penilaian ini berbeda dari pernyataan sikap Sekretaris Jenderal Kwarnas Gerakan Pramuka periode 2018-2023, Mayjen TNI (Purn) Bachtiar Utomo.
Baca SelengkapnyaKetua Kwarda Ini Setuju Pramuka Tidak Wajib di Sekolah, Kenapa?
31 hari lalu
Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan pun dianggapnya rancu dengan Pendidikan Karakter Profil Pelajar Pancasila.
Baca SelengkapnyaPeraturan Baru Menteri Nadiem Soal Pramuka, Kemendikbudristek Tegaskan Ini
31 hari lalu
Penjelasan menyusul hangatnya perbincangan mengenai Pramuka beberapa hari belakangan menyusul terbitnya Peraturan Mendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024.
Baca SelengkapnyaApa Arti P5 dalam Kurikulum Merdeka? Ini Tujuan, Prinsip, dan Manfaatnya
22 Agustus 2023
Apa itu P5 dalam Kurikulum Merdeka?
Baca SelengkapnyaMembedah Struktur Kurikulum Merdeka Tingkat SMA Sederajat
6 Agustus 2023
Kurikulum Merdeka dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknoligi pada tahun 2022 sebagai pengganti kurikulum 2013.
Baca SelengkapnyaMenengok Implementasi Kurikulum Merdeka di Madrasah dan Kendalanya
20 Juli 2023
Implementasi Kurikulum Merdeka di madrasah memiliki sejumlah kendala di lapangan. Di antaranya adalah tidak semua guru mau move on.
Baca SelengkapnyaRincian Kurikulum Merdeka dan Tujuan Penerapannya
13 Juli 2023
Kurikulum Merdeka merupakan konsep pembelajaran bertujuan mendalami dan mengembangkan minat serta bakat masing-masing siswa.
Baca SelengkapnyaMenilik Perbedaan Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013
12 Juli 2023
Terdapat beberapa perbedaan dari Kurikulum Merdeka dengan Kurikulum 2013
Baca SelengkapnyaJeroan RUU Sisdiknas: Perbedaan Sisdiknas dan Kurikulum di RUU Sisdiknas
30 Agustus 2022
RUU Sisdiknas yang diajukan oleh Kemendikbudristek memuat beberapa perbedaan tentang Kurikulum dan Sisdiknas. Simak penjelasannya
Baca SelengkapnyaPTM 100 Persen, Guru Diimbau Lakukan Asesmen Diagnostik Siswa
17 Juli 2022
Hal itu perlu dilakukan guru karena selama masa pandemi peserta didik belajar berbeda-beda sehingga level kemampuannya beragam.
Baca Selengkapnya