Yoris Raweyai (tengah) bersama tokoh senior Partai Golkar Andi Matalata, Fahmi Idris dan sejumlah pengurus sayap partai, beri keterangan pers, di Jakarta, 11 Agustus 2014. TEMPO/Imam Sukamto
TEMPO.CO, Padang - Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Golkar Kota Padang Wahyu Iramana Putra mengaku belum menjagokan siapa pun untuk menggantikan Aburizal Bakrie sebagai ketua umum partai beringin.
Wahyu mengajukan syarat bagi calon ketua umum yang akan maju dalam musyawarah nasional mendatang. Jika kalah, calon itu tak boleh keluar dan membikin partai baru. "Jika kalah, haram untuk keluar dari Golkar. Apalagi bikin partai baru,” ujarnya.
Ia mengatakan ketua umum terpilih nanti harus bisa membesarkan dan memperjuangkan cita-cita partai serta tetap memperjuangan kesejahteraan rakyat. "Dan harus bisa memenangi pileg 2019," ujarnya. (Baca :Koalisi Merah Putih Dukung Golkar Jadi Ketua DPR)
Pemenang musyarawah nasional mendatang, kata Wahyu, tidak harus menjadi presiden. Namun ketua umum yang baru itu ikut menentukan pemimpin bangsa ke depan.
Wahyu mengatakan musyawarah nasional partainya tetap diselenggarakan pada Oktober 2015 sesuai dengan kesepakatan Munsyawarah Nasional 2009 di Pekanbaru. "Munas di Pekanbaru memutuskan pergantian ketua umum dilaksanakan pada 2015. Itu telah disepakati semua peserta munas," ujarnya. (Baca: Golkar Sumbar Klaim Munas Tetap Oktober 2015)
Menurut dia, jika pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang diusung Koalisi Merah Putih kalah di Mahkamah Konstitusi, Golkar tetap akan masuk koalisi permanen.
Wahyu menilai Aburizal Bakrie sukses selama menjabat ketua umum. Buktinya, kata dia, banyak kepala daerah yang berasal dari partai ini. Dia juga menilai Aburizal cukup sukses dalam pemilu legislatif lalu. (Baca: DPP Golkar Klaim 29 DPD Tolak Percepatan Munas)