Densus dan BNPT Mesti Hati-hati Tangani ISIS  

Reporter

Editor

Rini Kustiani

Minggu, 10 Agustus 2014 20:13 WIB

Ustad Basri yang menjadi penanggung jawab Mesjid Ridha memberikan keterangan pers terkait deklarasi dukungan ISIS dan pembaiatan jemaah di Makassar, Sulawesi Selatan, 6 Agustus 2014. ISIS mendapat dukungan karena dianggap kelompok yang mampu memerangi kekafiran. TEMPO/Iqbal Lubis

TEMPO.CO, Yogyakarta - Kabar penangkapan sejumlah orang yang diduga anggota Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) seperti di Ngawi, Jawa Timur, dan Bekasi, Jawa Barat, oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian RI dikritik Dewan Penasihat Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia Universitas Islam Indonesia (Pusham UII) Busyro Muqoddas. (Baca: Polisi: Penangkapan Teroris Jatiasih Terkait ISIS)

Dia meminta Densus dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersikap ekstra-hati-hati menangani ISIS. "Karena Densus dan BNPT itu yang punya kewenangan menangani terorisme. Itu sensitif. Salah melangkah akan menyulut situasi," ujar Busyro seusai diskusi bertema "Menanggulangi ISIS" di Pusham UII di Bantul, Sabtu sore, 9 Agustus 2014. (Baca: Khotbah Jumat Pro-ISIS, Turunkan Khatib dari Mimbar)

Dia meminta Densus dan BNPT agar menanganinya hingga tuntas. Jangan sampai berdampak pada korban salah tangkap hingga memecah belah kelompok-kelompok Islam sendiri. "Densus dikabarkan menemukan orang dan senjata. Kalau benar, di-clear-kan dulu. Senjatanya diuji, senjata apa, asal usulnya dari mana, kok bisa sampai di situ," tutur Busyro, yang pernah menulis disertasi dan telah dibukukan berjudul Hegemoni Rezim Intelijen: Sisi Gelap Peradilan Kasus Komando Jihad.

Dia masih mempertanyakan kebenaran ISIS berada di Indonesia. "Saya mengkhawatirkan itu adalah operasi intelijen liar yang memanfaatkan isu, seperti zaman Orde Baru dulu (penangkapan gerakan radikan oleh Ali Murtopo)," kata Busyro. (Baca: Ini Sosok Terduga Teroris Pendukung ISIS)

Dosen sosiologi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang juga Kepala Litbang majalah Suara Muhammadiyah, Zully Qodir, pun mengaku heran dengan fenomena isu ISIS yang baru marak sekitar satu pekan lalu di Indonesia. Padahal ISIS telah lahir cukup lama pada 2003 sebagai awal mula lahirnya Al-Qaidah di Irak (AQI).

Kemudian, pada 2012, Abu Bakar al-Bagdadi mendeklarasikan ISIS. "ISIS itu sudah lama. Mengapa baru marak di Indonesia? Apa kerja intelijen selama ini?" tanya Zully. Atas dasar itu pula, baik Busyro maupun Zuly sepakat bahwa isu ISIS di Indonesia telah dibentuk terstruktur, sistemik, dan masif. "Atau jangan-jangan umat Islam di Indonesia gampang kagetan, terkesima pada hal-hal baru yang sebenarnya lama?"

PITO AGUSTIN RUDIANA

Topik terhangat:
ISIS | Pemerasan TKI | Sengketa Pilpres | Pembatasan BBM Subsidi

Berita terpopuler lainnya:
Jokowi Angkat Hendropriyono sebagai Penasihat
Ini Penyebab Muncul Fenomena Jilboobs
Ical Tak Akan Maju Lagi Jadi Ketum Golkar

Berita terkait

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

8 hari lalu

Prabowo Terima Telepon Menteri Pertahanan AS, Berikut Profil Lloyd Austin

Presiden terpilih Prabowo Subianto menerima telepon dari Menhan AS. Berikut jenjang karier dan profil Lloyd Austin.

Baca Selengkapnya

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

28 hari lalu

Tajikistan Bantah Tudingan Rusia bahwa Ukraina Merekrut Warganya sebagai Tentara Bayaran

Tajikistan membantah tuduhan Rusia bahwa kedubes Ukraina di ibu kotanya merekrut warga untuk berperang melawan Rusia

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

28 hari lalu

Iran Tangkap Anggota ISIS, Diduga Rencanakan Bom Bunuh Diri Menjelang Idul Fitri

Polisi Iran telah menangkap beberapa anggota ISIS yang diduga merencanakan aksi bunuh diri menjelang Idul fitri.

Baca Selengkapnya

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

37 hari lalu

Rusia Klaim Punya Bukti Nasionalis Ukraina Terhubung dengan Serangan Moskow

Rusia mengatakan menemukan bukti bahwa pelaku yang membunuh lebih dari 140 orang di gedung konser dekat Moskow terkait dengan "nasionalis Ukraina."

Baca Selengkapnya

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

38 hari lalu

Rusia Mengaku Tak Percaya ISIS Lakukan Penembakan Moskow

Rusia menaruh kecurigaan bahwa Ukraina, bersama Amerika Serikat dan Inggris, terlibat dalam penembakan di Moskow.

Baca Selengkapnya

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

40 hari lalu

2 Pelaku Penembakan Moskow Bebas Lewat Turki-Rusia, Pejabat Turki: Tak Ada Surat Penangkapan

Warga negara Tajikistan, Rachabalizoda Saidakrami dan Shamsidin Fariduni dapat melakukan perjalanan dengan bebas antara Rusia dan Turki

Baca Selengkapnya

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

40 hari lalu

Putin Akui Belum Ada Bukti Keterlibatan Ukraina dalam Serangan Teroris Moskow

Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa sejauh ini belum ada tanda-tanda keterlibatan Ukraina dalam penembakan di gedung konser Moskow

Baca Selengkapnya

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

40 hari lalu

Serangan Moskow Terjadi, Apakah Pengganti KGB telah Kehilangan Tajinya?

Serangan Moskow menimbulkan pertanyaan tentang ketajaman FSB, pengganti KGB, badan intelijen yang kerap dianggap momok bagi Barat.

Baca Selengkapnya

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

40 hari lalu

Macron Sebut Intelijen Prancis Konfirmasi ISIS di Balik Serangan Konser Rusia

Prancis bergabung dengan AS dengan mengatakan bahwa intelijennya mengindikasikan bahwa ISIS bertanggung jawab atas serangan di konser Rusia

Baca Selengkapnya

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

41 hari lalu

Rusia Pertanyakan Klaim ISIS sebagai Dalang Serangan: Ini Upaya AS Lindungi Ukraina!

Rusia menantang pernyataan Amerika Serikat bahwa ISIS menjadi dalang penembakan di sebuah gedung konser di luar Moskow yang menewaskan 137 orang

Baca Selengkapnya