Cawapres Hatta Rajasa (kedua kiri) menjawab pertanyaan moderator dalam Debat Capres Cawapres 2014 di Hotel Bidakara, Jakarta, 5 Juli 2014. TEMPO/Dhemas Reviyanto
TEMPO.CO , Jakarta: Kader partai pendukung Prabowo-Hatta, Partai Golongan Karya dan Partai Keadilan Sejahtera sepakat tak menggunakan quick count sebagai rujukan. Quick count dipandang sebatas hasil ilmu pengetahuan yang mampu memberi gambaran sementara.
"Hasil yang jadi rujukan adalah hasil rekapitulasi nasional versi Komisi Pemilihan Umum," ujar Sohibul Iman, kader PKS, Ahad, 13 Juli 2014.
Ia melihat aksi saling klaim kemenangan sebagai proses yang terburu-buru. Bahkan, ia menilai sebagai pembelajaran demokrasi yang buruk. Ia menganggap saling klaim kemenangan sebagai tindakan yang tak bijaksana.
Senada dengan Sohibul, kader Golkar Lalu Mara Satriawangsa juga mengatakan hal sama. "Lebih baik tunggu sampai KPU mengumumkan siapa yang menang," ujar Lalu. Ia mengimbau semua pihak menghargai dan menghormati KPU.
Lalu mengatakan quick count tidak berpengaruh bagi partai. Golkar, kata dia, memilih percaya pada KPU. Ia mengaku enggan percaya dengan hasil quick count yang menurut ia bersifat proyek yang menguntungkan lembaga survei itu. Golkar juga diyakini oleh Lalu tak menjadikan quick count sebagai rujukan. (Baca juga: Hasil Rekapitulasi KPU Jawa Timur Masih Tunggu Pasuruan).
Beberapa jam seusai pemilihan umum, pemberitaan di media massa ramai oleh perbedaan hasil quick count yang ditayangkan di media televisi nasional. Empat lembaga tersebut, Jaringan Survei Indonesia, Indonesia Research Center, Lembaga Survei Nasional dan Pusat Kajian Pembangunan dan Kebijakan Strategis memenangkan Prabowo-Hatta di atas 52 persen. Hasil empat lembaga ini berbeda dibandingkan dengan tujuh lembaga survei lain yang mengunggulkan Jokowi-JK. Saling klaim kemenangan setelah itu mewarnai suasana pasca pemungutan suara.