Setelah Vonis Akil, KPK Bidik Penyuapnya  

Reporter

Editor

Febriyan

Selasa, 1 Juli 2014 14:16 WIB

Mantan Ketua MK, Akil Mochtar, sebelum jalani sidang putusan di pengadilan Tipikor, Jakarta, 30 Juni 2014. TEMPO/Eko Siswono Toyudho

TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Busyro Muqoddas mengatakan pihaknya akan memfokuskan diri untuk membidik para penyuap mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Langkah ini menyusul penjatuhan vonis terhadap Akil oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta kemarin.

Busyro mengatakan KPK akan meninjau putusan tersebut dan putusan pihak-pihak terkait yang sudah divonis terlebih dulu. “Semua putusan hakim itu bisa jadi alat bukti yang otentik,” ujarnya, Selasa, 1 Juli 2014.

Untuk meninjau putusan-putusan itu, ujar dia, KPK akan menelisik kembali kualitas bukti dan isi dari putusan hakim. Soalnya, menurut Busyro, putusan itu butuh penelaahan yang mendalam. “Jadi tidak bisa reaktif hanya mengandalkan statement tertentu tanpa kajian yang mendalam,” katanya.

Dalam putusan, Akil divonis bersalah karena terbukti menerima suap terkait dengan empat dari lima sengketa pemilihan kepala daerah dalam dakwaan kesatu kaksa KPK. Yakni pilkada Kabupaten Gunung Mas sebesar Rp 3 miliar, Provinsi Kalimantan Tengah Rp 3 miliar, Kabupaten Lebak Rp 1 miliar, Kabupaten Empat Lawang Rp 10 miliar dan US$ 500 ribu, serta Kota Palembang sekitar Rp 3 miliar. Dalam soal pilkada Kota Palembang, hakim menyatakan orang dekat Akil, Muhtar Ependy, terbukti menerima Rp 19,8 miliar dari Wali Kota Palembang Romi Herton dan istrinya, Masyito. Romi dan Masyito ditetapkan sebagai tersangka pada 16 Juni 2014.

Hakim juga menyatakan Akil terbukti menerima suap sebagaimana tertera dalam dakwaan kedua, yakni terkait dengan sengketa pilkada Kabupaten Buton Rp 1 miliar, Kabupaten Pulau Morotai Rp 2,989 miliar, Kabupaten Tapanuli Tengah Rp 1,8 miliar, dan menerima janji pemberian dalam kaitan dengan keberatan hasil pilkada Provinsi Jawa Timur Rp 10 miliar.

Akil juga terbukti dalam dakwaan ketiga, yakni menerima Rp 125 juta dari Wakil Gubernur Papua periode 2006-2011, Alex Hesegem. Pemberian uang itu terkait dengan sengketa pilkada Kabupaten Merauke, Kabupaten Asmat, Kabupaten Boven Digoel, Kota Jayapura, dan Kabupaten Nduga.

Hakim juga menyatakan Akil terbukti menerima uang dari adik Gubernur Banten Atut Chosiyah, Chaeri Wardana, sebesar Rp 7,5 miliar sebagaimana tertulis dalam dakwaan keempat. Akil juga dinilai melakukan tindak pidana pencucian uang.



LINDA TRIANITA




Berita Lainnya:
Bright Eyes, Kisah Anak Indonesia di Sekolah AS
Ormas Islam Klaim Prabowo Panglima Perang
Kerabat Lucky Hakim Dukung Jokowi karena Medok










Advertising
Advertising




Berita Lainnya :
Bright Eyes, Kisah Anak Indonesia di Sekolah AS
Kerabat Lucky Hakim Dukung Jokowi karena Medok
Tanggapi Ejekan Fahri, Ruhut: Jokowi Presiden Ke-7
Zanetti Jadi Wakil Presiden, Kaus Nomor 4 Pensiun
Penemu Kevlar Meninggal di Usia 90 Tahun
Rieke Oneng Kampanye Jokowi di Pasar Kanoman







Berita terkait

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

2 jam lalu

Usai Tak Hadiri Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Gugatan ke PTUN Bentuk Pembelaan

Wakil KPK Nurul Ghufron menilai dirinya menggugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta bukan bentuk perlawanan, melainkan pembelaan diri.

Baca Selengkapnya

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

2 jam lalu

Ini Alasan Nurul Ghufron Bantu Mutasi ASN Kementan ke Malang Jawa Timur

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron menjelaskan perihal laporan dugaan pelanggaran etik yang ditujukan kepadanya soal mutasi ASN di Kementan.

Baca Selengkapnya

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

5 jam lalu

Tak Hadir Sidang Etik Dewas KPK, Nurul Ghufron Bilang Sengaja Minta Penundaan

Nurul Ghufron mengatakan tak hadir dalam sidang etik Dewas KPK karena sengaja meminta penundaan sidang.

Baca Selengkapnya

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

5 jam lalu

KPK Sita Kantor NasDem di Sumatera Utara dalam Kasus Korupsi Bupati Labuhanbatu

KPK menyita kantor Partai NasDem di Labuhanbatu, Sumatera Utara, dalam perkara korupsi yang menjerat Bupati Erik Atrada Ritonga.

Baca Selengkapnya

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

6 jam lalu

KPK Temukan Dokumen dan Bukti Elektronik soal Proyek Pengadaan Rumah Dinas saat Geledah Kantor Setjen DPR

KPK menemukan beberapa dokumen yang berhubungan dengan proyek dugaan korupsi pengadaan perlengkapan rumah dinas DPR dalam penggeledahan.

Baca Selengkapnya

Fakta-Fakta Sidang SYL: Duit Kementerian Dipakai Buat Sunatan, Bangun Kafe, hingga Cicil Alphard

8 jam lalu

Fakta-Fakta Sidang SYL: Duit Kementerian Dipakai Buat Sunatan, Bangun Kafe, hingga Cicil Alphard

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo alias SYL acapkali menggunakan uang Kementan untuk keperluan pribadi.

Baca Selengkapnya

Dewas KPK Tunda Sidang Etik Dua Pekan karena Nurul Ghufron Tak Hadir

12 jam lalu

Dewas KPK Tunda Sidang Etik Dua Pekan karena Nurul Ghufron Tak Hadir

Dewas KPK menunda sidang etik dengan terlapor Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron pada Kamis, 2 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

14 jam lalu

Kantornya Digeledah KPK, Ini Kasus yang Menyeret Sekjen DPR Indra Iskandar

Penyidik KPK menggeledah kantor Sekretariat Jenderal DPR atas kasus dugaan korupsi oleh Sekjen DPR, Indra Iskandar. Ini profil dan kasusnya.

Baca Selengkapnya

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

20 jam lalu

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Melawan KPK Akan Digelar Hari Ini

Gugatan praperadilan Bupati Sidoarjo itu akan dilaksanakan di ruang sidang 3 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pukul 09.00.

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

1 hari lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya