100 Hektare Hutan Pulau Rupat Terbakar  

Reporter

Senin, 23 Juni 2014 17:21 WIB

Sejumlah petugas Manggala Agni Kemenhut memadamkan kebakaran di Kabupaten Bengkalis, Riau (4/3). Hingga kini kebakaran lahan dan hutan di Riau belum bisa ditanggulangi optimal akibat cuaca kering yang mengakibatkan kebakaran terus meluas lebih dari 8.000 hektar. ANTARA/FB Anggoro

TEMPO.CO, Pekanbaru - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bengkalis, Muhammad Jalal, menyebutkan sekitar 100 hektare hutan terbakar di Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis. Kebakaran terjadi sejak sepekan lalu, namun belum diketahui penyebab kebakaran. Akibatnya wilayah Rupat kini mulai diselimuti kabut asap.

"Kebakaran terjadi sudah sepekan lalu," ujarnya saat dihubungi Tempo, Senin, 23 Juni 2014. (Baca: El Nino Memicu Kebakaran Lahan Gambut)

Jalal mengatakan upaya pemadaman terus dilakukan, sebanyak dua regu tim pemadam dikerahkan dibantu personel kepolisian setempat. Namun hingga kini, api belum dapat dipadamkan secara maksimal. Alasannya, sulitnya akses jalan membuat personel kesulitan menjangkau titik api yang jauh di tengah hutan. Satu unit helikopter Bolco untuk melakukan pemadaman lewat udara belum mampu menjinakkan api.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BPBD Sutopo Purwo Nugroho mengatakan satelit Tera dan Aqua memantau 236 titik panas (hotspot) di Riau. Jumlah tersebut cenderung naik dari hari sebelumnya 109 hotspot.

Menurut dia, penyebaran titik panas hampir ditemukan di seluruh kabupaten/kota, yakni Rokan Hilir 97 hotspot, Bengkalis 46 hotspot, Dumai 29 hotspot, Pelalawan 19 hotspot, Kampar 17 hotspot, Rokan Hulu 11 hotspot, Kuantan Singingi 10 hotspot, dan Siak 7 hotspot.

Sejak 4 April 2014, kata Sutopo, tanggung jawab pengendalian kebakaran lahan sudah diserahkan kepada Gubernur Riau Annas Maamun. Namun BNPB tetap mendampingi Pemda Riau dengan melakukan operasi modifikasi cuaca dan menempatkan tiga helikopter water bombing hingga hari ini.

"Pemadaman api harus terus dilakukan secara total jika tidak ingin bencana asap terulang lagi," ujarnya. (Baca: Kebakaran Hutan Terjadi, Riau Salahkan Sistem)

Analis dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Pekanbaru, Ardhitama, mengatakan sebagian besar wilayah Riau telah memasuki musim kemarau ditandai minimnya curah hujan, suhu pada siang hari mendekati ekstrem, mencapai 35 derajat Celcius.

"Kondisi ini memicu terjadinya kebakaran hutan dan lahan sebab kondisi gambut mongering, kita himbau masyarakat tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar," katanya.

RIYAN NOFITRA

Berita lain:
Dirampok, Caddy Golf Melawan dengan Tendangan Maut
Rapor Merah DKI, Jokowi Diminta Mundur
Kejanggalan Pembunuhan di Rumah Tentara Bandung
Midnight Sale, Pengunjung Serbu Sepatu dan Tas
Ini Tip Midnight Sale dari Pengusaha Mal
Tip Hindari Kehabisan Tenaga Saat Midnight Sale
Harga Kopi Starbucks Naik Satu Dolar

Berita terkait

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

10 hari lalu

Amerika Perkuat Infrastruktur Transportasinya dari Dampak Cuaca Ekstrem, Kucurkan Hibah 13 T

Hibah untuk lebih kuat bertahan dari cuaca ekstrem ini disebar untuk 80 proyek di AS. Nilainya setara separuh belanja APBN 2023 untuk proyek IKN.

Baca Selengkapnya

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

18 hari lalu

Pertama di Dunia, Yunani Berikan Liburan Gratis sebagai Kompensasi Kebakaran Hutan 2023

Sebanyak 25.000 turis dievakuasi saat kebakaran hutan di Pulau Rhodes, Yunani, pada 2023, mereka akan mendapat liburan gratis.

Baca Selengkapnya

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

43 hari lalu

BNPB Ingatkan Banyaknya Kasus Kebakaran Hutan dan Lahan di Sumatera

Dari data BNPB, kasus kebakaran hutan dan lahan mulai mendominasi di Pulau Sumatera sejak sepekan terakhir.

Baca Selengkapnya

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

46 hari lalu

Risiko Karhutla Meningkat Menjelang Pilkada 2024, Hotspot Bermunculan di Provinsi Rawan Api

Jumlah titik panas terus meningkat di sejumlah daerah. Karhutla tahun ini dinilai lebih berisiko tinggi seiring penyelenggaraan pilkada 2024.

Baca Selengkapnya

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

48 hari lalu

Penugasan Jokowi, BMKG Bentuk Kedeputian Baru Bernama Modifikasi Cuaca

Pelaksana tugas Deputi Modifikasi Cuaca BMKG pernah memimpin Balai Besar TMC di BPPT. Terjadi pergeseran SDM dari BRIN.

Baca Selengkapnya

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

48 hari lalu

Tentang Musim Kemarau yang Menjelang, BMKG: Mundur dan Lebih Basah di Banyak Wilayah

Menurut BMKG, El Nino akan segera menuju netral pada periode Mei-Juni-Juli dan setelah triwulan ketiga berpotensi digantikan La Nina.

Baca Selengkapnya

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

48 hari lalu

Mendagri Tito Karnavian Minta Pemda Susun Regulasi Terkait Karhutla

Regulasi dinilai penting karena akan mempengaruhi perumusan program dan anggaran penanganan kebakaran.

Baca Selengkapnya

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

48 hari lalu

Para Menteri Sudah Rapat Kebakaran Hutan dan Lahan, Ancang-ancang Hujan Buatan

Saat banyak wilayah di Indonesia masih dilanda bencana banjir, pemerintah pusat telah menggelar rapat koordinasi khusus kebakaran hutan dan lahan.

Baca Selengkapnya

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

53 hari lalu

Suhu Udara Global: Bumi Baru Saja Melalui Februari yang Terpanas

Rekor bulan terpanas kesembilan berturut-turut sejak Juli lalu. Pertengahan tahun ini diprediksi La Nina akan hadir. Suhu udara langsung mendingin?

Baca Selengkapnya

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

3 Maret 2024

Kebakaran Hutan Kerap Terjadi di Sumatera dan Kalimantan, Ini Cara Antisipasi Karhutla

Kebakaran hutan kerap terjadi di beberapa daerah di Pulau Sumatera dan Kalimantan. Bagaimana cara mengantisipasinya?

Baca Selengkapnya