TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara tim pemenangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Tantowi Yahya, mengatakan kubunya tak mau ambil pusing dengan serangan kampanye hitam yang banyak beredar di media sosial. "Itu kan hanya wacana di kelompok tertentu, di media sosial. Dampak langsungnya tak dirasakan masyarakat," kata Tantowi saat dihubungi, Sabtu, 7 Juni 2014.
Menurut Tantowi, masyarakat biasanya tak terlalu mempersoalkan isu-isu negatif yang ditujukan kepada Prabowo-Hatta. Masyarakat lebih cenderung melihat program dan agenda lima tahun ke depan yang ditawarkan Prabowo-Hatta bila terpilih menjadi presiden dan wakil presiden. "Terbukti kampanye negatif itu tak ngefek," kata Tantowi.
Dia menjelaskan, kampanye negatif yang ditujukan pada Prabowo justru membuat masyarakat ingin mengetahui lebih jauh tentang figur dan program Prabowo. Hasilnya, berdasarkan survei internal, elektabilitas Prabowo terus menanjak.
Tim mencatat jarak elektabilitas Prabowo dibanding Joko Widodo kini hanya tertinggal 6 persen. Padahal sebelumnya, elektabilitas Prabowo kalah sekitar 20 persen dari Jokowi. "Kami yakin massa mengambang yang sekarang masih belum menentukan pilihan akan banyak memilih Prabowo," ujarnya.
Tim, kata Tantowi, juga tak akan meladeni serangan kampanye negatif dan kampanye hitam yang ditujukan pada Prabowo. Alasannya, materi yang dituduhkan ke Prabowo, menurut Tantowi, tak terbukti kebenarannya. Ditambah lagi tim Prabowo-Hatta tak mau terpancing dalam permainan politik yang tak sehat. "Kami tak akan menyindir-nyindir dan menanggapi berbagai tudingan. Kami akan fokus pada penyampaian program."
Menjelang pemilihan presiden 9 Juli mendatang, lembaga pemantau percakapan media sosial politicawave.com mencatat Prabowo lebih banyak diserang isu negatif dibanding kampanye hitam. Banyak percakapan yang mengungkit keterlibatan Prabowo dalam sejumlah kasus HAM. Prabowo juga disentil terkait isu keluarga.
Politicawave mencatat kampanye negatif Prabowo 86,5 persen dan 13,5 kampanye hitam. Sedangkan lawannya, Jokowi-Jusuf Kalla, lebih banyak diserang kampanye hitam mencapai 94,9 persen.
IRA GUSLINA SUFA
Berita terkait
Survei Capres Muhaimin Iskandar Rendah, PKB: Masih Ada Peluang
27 Desember 2021
Dalam survei tersebut Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar hanya dipilih 0,1 persen responden.
Baca SelengkapnyaDPR Dorong KPU dan Bawaslu Antisipasi Potensi Masalah Pemilu 2024
22 Desember 2021
Komisi II DPR meminta KPU dan Bawaslu Provinsi Jawa Barat mengantisipasi kesulitan pemilih menggunakan hak pilih, lantaran diprediksi akan banyak surat suara.
Baca SelengkapnyaAksi Romy PPP di Kubu Jokowi: Dekati Ulama, Tepis Isu Obor Rakyat
17 Maret 2019
Pada pertengahan Desember 2018, Romy PPP menguak fakta-fakta di balik terbitnya tabloid Obor Rakyat pada pilpres 2014.
Baca SelengkapnyaSiapa Konsultan Asing Prabowo? Kubu Jokowi Sebut Nama Ini
6 Februari 2019
Badan Pemenangan Nasional Prabowo - Sandiaga Uno membantah tengara kubu Jokowi soal keterlibatan konsultan asing dalam pemilihan presiden kali ini.
Baca SelengkapnyaSetya Novanto: Golkar Siap Menangkan Jokowi di Pilpres 2019
27 Maret 2017
Setya Novanto mengungkap hitung-hitungan apabila Jokowi kembali berhadapan dengan Prabowo dalam pilpres 2019.
Baca SelengkapnyaGagal Pilkada DKI, AHY Punya Modal Besar Ikut Pilpres 2019
22 Maret 2017
Qodari mengatakan masyarakat cukup mengenal figur Agus Yudhoyono atau AHY ini
Baca SelengkapnyaTiap Parpol Bisa Ajukan Calon Presiden, Jokowi: Masih Proses
16 Januari 2017
RUU Permilu Diperkirakan selesai sekitar bulan empat ke depan.
Sindrom I Want SBY Back, Sinyal Ani Yudhoyono Maju Capres?
10 September 2015
Ada spekulasi bahwa Demokrat memunculkan sindrom I Want SBY Back untuk mempersiapkan Ani Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaKonflik Golkar dan PPP Bawa Efek Berantai
14 Desember 2014
Perebutan legitimasi ini juga berpeluang merembet.
Baca SelengkapnyaKubu Prabowo: Pemerintah Intervensi Konflik Partai
9 Desember 2014
Konflik terjadi di PPP dan Golkar.
Baca Selengkapnya