Juru kampanye nasional, Akbar Tandjung (kiri) melakukan orasi politik di depan simpatisan saat kampanye Partai Golkar di Alun-Alun Selatan, Yogyakarta, (17/3). ANTARA FOTO/Noveradika
TEMPO.CO, Jakarta - Politikus senior Partai Golkar, Akbar Tandjung, menilai terjadi keanehan dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar di Jakarta Convention Center, Ahad sore, 18 Mei 2014. Keanehan itu, menurut Akbar, dengan diputuskannya Aburizal Bakrie sebagai calon presiden dan calon wakil presiden Partai Golkar pada pemilu presiden mendatang.
"Ini sangat menarik, jadi capres kok jadi cawapres juga," ujarnya. "Ya, kalau ada peluang jadi cawapres dari tokoh lain, kenapa harus masih dia (Aburizal) juga."
Akbar menambahkan, dalam Rapat Pimpinan Nasional Golkar itu telah disepakati bahwa Golkar berkoalisi dengan Partai Demokrat. Dalam kesepakatan itu, kedua partai mengusung Aburizal Bakrie sebagai calon presiden, dan Pramono Edhie Wibowo sebagai calon wakil presiden.
"Saya menyatakan yang sudah pasti adalah poros Golkar dan Demokrat, dan itu juga sudah disepakati dalam Rapat Pimpinan Nasional tadi," ujar Akbar. Meskipun sudah mencapai kesepakatan, kata Akbar, tetap saja yang menentukan dan diberi mandat penuh adalah Ical--sapaan akrab Aburizal--dalam menentukan arah koalisi partainya.
Akbar juga membenarkan bahwa Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono berada satu lantai di Hotel Sultan, di sela-sela Rapat Pimpinan Nasional Golkar itu. Menurut dia, keduanya berada di lantai 15.
"Tapi saya tidak tahu mereka ada pertemuan atau apa, soalnya tadi saya hanya di lantai 2," kata Akbar. "Bisa saja mereka bertemu." (Baca juga: Siang Ini, Giliran Aburizal Bakrie Menghadap SBY)
Akbar mengaku tidak tahu apa yang dibahas dan dibicarakan Ical dan SBY di lantai 15 itu.