Tim Dokter menunjukan hasil foto Rontgen pasien suspect virus MERS-CoV yang di rawat di ruang Isolasi RSUD Gambiran, kota Kediri, Jawa Timur (12/5). RSUD Gambiran menerima pasien wanita E (44) yang mengalami gejala seperti terinfeksi virus Mers setelah pulang Umroh. Tim dokter masih menunggu hasil laboratorium untuk memastikan. ANTARA/Rudi Mulya
TEMPO.CO, Jakarta- Wakil Menteri Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan pihaknya selalu mengawasi orang yang diduga terjangkit virus Middle East SYndrome (MERS). Ghufron mengklaim tetap memberikan pengawasan kepada tiap orang yang dicurigai terjangkit virus berbahaya itu.
"Meski memang tidak ada yang positif, tapi kalau ada yang dicurigai tetap kami berikan pengawasan khusus," kata Ghufron, saat dihubungi, Senin, 12 Mei 2014. "Karena sebagai upaya pencegahan."
Ghufron mengatakan pihaknya bekerja sama dengan bandar udara dan pelabuhan memasang termoscanner. Gunanya, kata Ghufron, untuk mendeteksi dini bagi orang yang akan masuk ke Indonesia, khususnya yang habis bepergian dari Saudi Arabia.
Jika ada orang yang dicurigai terinfeksi MERS, maka pihaknya akan mendata. Kemudian akan selalu diawasi sampai sembuh. Sehingga, lanjut Ghufron, orang-orang di sekelilingnya tidak merasa cemas tertular.
Selain itu, Ghufron mengimbau kepada seluruh jajarannya untuk selalu mejalankan program tata laksana pencegahan penyakit yang baik. "Karena hanya dengan program itu kami dapat mencegah penyakit itu."
Ghufron menyarankan kepada warga Indonesia agar tidak terlalu mengkhawatirkan penularan virus ini. Menurut dia, berdasarkan penelitian dari WHO, seperempat pasien MERS di Saudi Arabia tertular karena disebabkan penanganan petugas kesehatan yang tidak cepat tanggap.
"Jadi ketika virus ini mulai merebak, petugas kesehatan di Saudi tidak memberikan pencegahan yang baik," ujarnya. "Nah di sini, proses pencegahan itu kami upayakan sangat maksimal, itulah yang kami maksud program tata laksana pencegahan."